Jakarta (ANTARA) - Layanan keuangan digital BUMN LinkAja menilai bahwa kehadiran Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) semakin menjadi pendorong utama dari adopsi transaksi nontunai (cashless) di Indonesia.

Menurut Chief of Finance & Strategy Officer LinkAja Reza Ari Wibowo, hal tersebut pun didukung dengan banyaknya layanan keuangan digital Indonesia seperti e-wallet yang memberikan kenyamanan bagi pengguna, baik sebagai konsumen maupun pegiat usaha termasuk UMKM.

"E-wallet sudah menjadi alternatif pembayaran terbesar setelah cash bagi UMKM. Banyak yang memakai (e-wallet) karena cukup nyaman. Selain itu, lebih mudah bagi UMKM maupun user (konsumen) untuk melakukan pembayaran dengan QR code," kata Reza dalam diskusi daring, Kamis.

Baca juga: BI: Pengguna QRIS terus bertambah jadi 19 juta pedagang

Sebagai informasi, QRIS adalah standardisasi pembayaran menggunakan metode QR Code dari Bank Indonesia agar proses transaksi menjadi lebih mudah, cepat, dan terjaga keamanannya.

Lebih lanjut, Reza mengatakan terdapat beberapa hal pendorong lainnya dari adopsi transaksi nontunai di Indonesia. Selain masifnya edukasi dari pemegang kebijakan maupun platform keuangan digital terkait, Reza menilai posisi UMKM yang berada di antara konsumen dan produsen atau prinsipal merupakan faktor utama.

"UMKM adalah retail. Posisinya berada di antara user dan principal. User lebih dulu terdigitalisasi melalui e-commerce dan lainnya, dan mereka melakukan pembayaran secara digital," ujar Reza.

"Di sisi lain, principal atau produsen sudah membuat produk mereka semakin mudah diakses. Rantai pasoknya menjadi digital, dan UMKM berada di tengah keduanya. Karena ada tuntutan itu, mereka akhirnya shifting ke digital dan merasakan kenyamanannya," imbuhnya.

Reza memaparkan, menurut data LinkAja, pada 2021, terdapat kenaikan transaksi digital lebih dari 200 kali lipat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu, adopsi QRIS dari sisi pengguna pun naik signifikan hingga 600 persen. Sementara dari sisi merchant yang mengadopsi QRIS di ekosistem LinkAja meningkat 280 persen year-on-year.

"Sejalan dengan prioritas pemerintah bahwa QRIS menjadi agenda penting dalam adopsi cashless di Indonesia, LinkAja mendukung dan aktif dalam melakukan peningkatan adopsi QRIS dalam ekosistem LinkAja. Kami kolaborasi dengan berbagai elemen seperti BUMN dan privat, karena kita tidak bisa sendirian melakukannya," kata dia.

Sementara itu, Head of Research ASEAN DealStreetAsia Andi Haswidi mengatakan, surveinya menemukan bahwa 48 persen pedagang UMKM yang telah mengadopsi dompet digital telah menempatkan stiker QRIS di konter pembayaran mereka atau langsung di kios mereka.

UMKM yang berlokasi di kota-kota tier 1 menunjukkan 63 persen adopsi penggunaan QR ini, dan hanya 6 persen pedagang yang tidak mengetahui apa itu kode QR dan manfaatnya.

"Untuk sistem yang diluncurkan kurang lebih 2 tahun lalu, 48 persen ini menurut saya sangat bagus progress-nya, diterima baik oleh merchant. Ini tidak lepas dari para pemain, karena kompetisinya memang di sini, dimana semua transaksi dari e-wallet mana pun bisa gunakan kode QR," kata Andi.

Baca juga: DANA dukung inisiatif QR lintas negara Bank Indonesia

Baca juga: BI: QRIS resmi dapat digunakan di Thailand

Baca juga: Jokowi: Koneksi QRIS antarnegara harus mudahkan UMKM dan pariwisata

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022