Jakarta (ANTARA) - Sebuah kelompok penelitian China mengajukan hipotesis baru tentang evolusi primata masa kini, yang mana spesies leluhur primata mendapatkan penampilan khas mereka saat mengadopsi pola makan karnivora dengan menyergap mangsa di pohon.

Primata, termasuk kera dan manusia, dicirikan dengan tangan dan kaki yang mampu menggenggam, cakar yang berkurang, dan jarak antara rongga mata yang lebih dekat sehingga memberikan peningkatan kemampuan melihat ke depan.

Sebuah teori terkenal mengatakan bahwa orbit konvergen dari nenek moyang primata yang menghuni pohon dan memangsa serangga dapat membantu mereka menemukan mangsa. Kendati demikian, sulit dijelaskan mengapa predator lain, seperti serigala dan elang, tidak mengembangkan fitur wajah yang sama.

Para ahli zoologi dari Northeast Normal University menganalisis banyak spesies nonprimata dengan konvergensi orbital tinggi seperti kucing, burung hantu, dan ikan pipih.

Mereka menemukan bahwa semua hewan itu tergolong predator penyergap, yang kemudian memberikan petunjuk bahwa penampilan nenek moyang kita diadaptasi saat mereka belajar cara berburu menyergap, menurut studi yang diterbitkan pada Kamis (15/9) di jurnal Science Advances.

Selanjutnya, mereka merekam suara tupai saat memanjat pohon, sebelum dan sesudah cakar mereka dipotong. Tupai tanpa cakar ternyata merupakan pemanjat yang jauh lebih senyap, sebuah eksperimen yang mungkin dapat menjelaskan mengapa nenek moyang primata yang masih berburu berevolusi dengan mengurangi cakar mereka untuk membuat mangsa mereka lengah.

"Studi ini merupakan upaya penting untuk menjawab pertanyaan kontroversial tentang bagaimana pola makan mempengaruhi evolusi primata," kata Wu Yonghua, profesor di Northeast Normal University dan salah satu penulis makalah tersebut, kepada Xinhua. 


 

Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022