Itu tidak terbatas sekolah negeri ya, sekolah swasta bahkan mungkin pondok pesantren, madrasah lalu sekolah Katolik menurut saya perlu memiliki gamelan,
Jakarta (ANTARA) - Budayawan Solo Bambang Irawan mengatakan, pelestarian gamelan bisa dimulai dengan menjadikan alat musik tersebut sebagai ekstrakurikuler di sekolah-sekolah, mulai dari tingkat SD sampai SMA.

"Itu tidak terbatas sekolah negeri ya, sekolah swasta bahkan mungkin pondok pesantren, madrasah lalu sekolah Katolik menurut saya perlu memiliki gamelan," ucap Bambang saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Selain menjadikan gamelan sebagai  ekstrakurikuler, pelestarian gamelan juga dapat dilakukan dengan menyelenggarakan berbagai lomba dan festival antarsekolah.

Menurut Bambang, gamelan juga bisa dikolaborasikan dengan budaya lain seperti menjadi salah satu instrumen dalam sebuah band, dan tentunya akan menjadi lebih menarik.

Namun ia menilai SDM dan guru untuk mengajarkan gamelan masih kurang.

"Untuk mencapai kesana juga tidak mudah, karena SDM-nya terbatas apakah SD ada guru kesenian yang bisa gamelan, ini memang menjadi PR pemerintah dan kita bersama," ucapnya.

Baca juga: Budayawan: Indonesia perlu punya gedung konser gamelan

Selama ini,  menurut Bambang, gamelan masih melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama di Jawa seperti Solo, Surakarta dan Yogyakarta. Masih banyak acara-acara besar seperti pernikahan yang menggunakan alat musik gamelan, meskipun sudah bercampur dengan alat musik modern lain.

"Hampir setiap malam di Solo dan sekitarnya, serta Yogyakarta ada pertunjukan wayang kulit yang juga melibatkan gamelan. Belum lagi setiap perhelatan pernikahan meskipun sekarang tidak menggunakan gamelan yang lengkap melainkan menggunakan campur sari, tapi tetap ada instrumen gamelannya," tambahnya.

Bambang juga mengatakan, dengan diakuinya gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO, menjadi permulaan untuk melihat gamelan lebih luas dan lebih dalam.

Menurutnya, ini menjadi tantangan tersendiri karena gamelan tidak hanya sebagai seni budaya tapi juga melestarikan bentuk fisik dari perangkat gamelan itu sendiri yang sekarang sudah tidak murah membuatnya.

"Kita berhadapan dengan kelangkaan kayu, tidak semua kayu bisa digunakan untuk memukul, tidak semua kayu bisa dijadikan instrumen gamelan. Ada tembaga dan nikelnya tergantung harga internasional. Ada tanggung jawab besar yang dipikul pecinta gamelan aktivis seniman gamelan termasuk pemerintah," ucap Bambang.

Gamelan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda atau the Representative List of Intangible Cultural Heritage of Humanity oleh UNESCO. Gamelan resmi menjadi Warisan Budaya Tak Benda Dunia dari Indonesia yang ke-12.

Baca juga: ISI Surakarta komitmen bawa gamelan mendunia
Baca juga: ISI Surakarta ingin tunjukkan warisan gamelan kepada dunia

Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022