Bogor (ANTARA) - Guru Besar Ilmu Gizi Fakultas Ekologi Manusia IPB University Prof. Drajat Martianto mengatakan, fortifikasi atau penambahan zat gizi tertentu pada pangan telah terbukti efektif dalam menurunkan kelaparan tersembunyi.

"Fortifikasi terbukti efektif, sekaligus sangat cost-effective," kata Prof Drajat Martianto yang dikukuhkan sebagai guru besar tetap IPB University, Sabtu, melalui keterangannya. 

Menurutnya, biaya fortifikasi pangan untuk menanggulangi kurang iodium, vitamin A dan zat besi di berbagai negara umumnya kurang dari 0,5 persen harga produknya, tanpa biaya tambahan untuk pendistribusiannya hingga sampai ke konsumen.

"Mengingat peranannya terhadap produktivitas kerja dan pendapatan, program fortifikasi pangan juga dilihat sebagai bagian dari program pengentasan kemiskinan," katanya.

Selain fortifikasi, solusi lainnya adalah penganekaragaman pangan dan suplementasi.

Menurut Prof Martianto, Indonesia saat ini menghadapi triple burden of malnutrition atau tiga masalah gizi sekaligus yaitu gizi kurang (stunting dan wasting), obesitas, dan kurang gizi mikro (KGM).

Tantangan terbesar bangsa Indonesia saat ini, kata dia, bukan lagi kurang energi dan protein, tetapi kelaparan tersembunyi atau hidden hunger yaitu defisiensi zat gizi mikro, khususnya defisiensi zat besi, iodium, asam folat, seng, vitamin A, dan zat gizi mikro lainnya.

Martianto menjelaskan penelitian menunjukkan hanya satu persen rakyat Indonesia yang tidak mampu mengakses pangan makro yang mengandung karbohidrat.

Namun persoalannya, kata dia, hampir 50 persen penduduk Indonesia yang kekurangan sayuran, buah-buahan, pangan hewani, dan kacang-kacangan.

Doktor lulusan University of Phillippines ini menjelaskan, disebut kelaparan tersembunyi karena seringkali tanda-tandanya tidak nampak, tapi sesungguhnya dampaknya sangat besar.

Zat gizi mikro telah terbukti sebagai unsur gizi penting untuk peningkatan produktivitas kerja, kecerdasan, dan imunitas, ujarnya.

Secara nasional, Indonesia mengalami kerugian lebih dari 50 triliun rupiah dari rendahnya produktivitas kerja akibat Anemia Gizi Besi (AGB). Angka ini belum termasuk biaya layanan kesehatan akibat defisiensi gizi mikro yang parah dan masalah-masalah gizi yang lain.

Baca juga: Kemensos siapkan umbi-umbian tangani bencana kelaparan di Lanny Jaya

Baca juga: Presiden Jokowi ajak manfaatkan lahan pekarangan untuk tanam cabai


 

Pewarta: Riza Harahap
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022