Singapura (ANTARA) - Mata uang kripto tergelincir ke posisi terendah baru pada Senin, di tengah kekhawatiran peraturan dan karena investor secara global menjauhi aset-aset berisiko menjelang kenaikan suku bunga di seluruh dunia.

Bitcoin, mata uang kripto terbesar berdasarkan nilai pasar, anjlok sekitar 5,0 persen ke level terendah tiga bulan di 18.387 dolar AS.

Ether, mata uang kripto terbesar kedua, merosot sekitar 3,0 persen ke level terendah dua bulan di 1.285 dolar AS dan jatuh lebih dari 10 persen dalam 24 jam terakhir. Sebagian besar token kecil lainnya lebih dalam di zona merah.

Blockchain Ethereum, yang menopang token ether, memiliki peningkatan besar selama akhir pekan yang disebut the Merge mengubah cara transaksi diproses dan memotong penggunaan energi. The Merge adalah perpindahan protokol dari Proof of Work ke Proof of Stake yang akan digunakan oleh Ethereum.

Nilai token telah jatuh di tengah beberapa spekulasi bahwa pernyataan minggu lalu dari Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS Gary Gensler menyiratkan bahwa struktur baru dapat menarik regulasi tambahan.

“Ini spekulasi tentang apa yang mungkin atau mungkin tidak terjadi,” kata Matthew Dibb, COO platform kripto Singapura Stack Funds, tentang prospek peraturan.

"Banyak hype telah keluar dari pasar sejak The Merge," katanya. "Ini benar-benar jenis acara yang menjual berita," tambahnya, mengingat latar belakang global yang gugup, dan mengatakan ether dapat menguji 950 dolar AS dalam beberapa bulan mendatang.

"Melihat lanskap saat ini, baik secara fundamental maupun teknis, itu tidak terlihat bagus. Tidak ada katalis bullish langsung yang dapat kita lihat yang akan menopang pasar ini dan menghasilkan banyak uang dan likuiditas baru."

Baca juga: Wamendag targetkan bursa kripto bisa terbentuk tahun ini
Baca juga: Aspakrindo: Indonesia potensi jadi pusat inovasi kripto Asia Tenggara
Baca juga: Bitcoin melonjak tembus 20.000 dolar AS karena "greenback" merosot

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022