Banyak investor telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan 75 basis poin pada pertemuan The Fed minggu ini
Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia menguat pada akhir perdagangan Selasa, menyusul rebound pada jam terakhir di Wall Street di tengah pandangan bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve (Fed) yang diperkirakan minggu ini untuk mengatasi inflasi telah diperhitungkan pasar.

Bahkan lebih dari perang Ukraina atau laporan laba perusahaan, tindakan bank sentral AS mendorong sentimen pasar karena para pedagang memposisikan diri mereka untuk lingkungan suku bunga yang meningkat.

Indeks MSCI dari saham Asia Pasifik di luar Jepang terdongkrak 1,20 persen, sementara Indeks ASX 200 saham Australia berakhir naik 1,29 persen.

Di Jepang, dimana perdagangan dilanjutkan setelah hari libur nasional, Indeks Nikkei ditutup menguat 0,44 persen dengan saham teknologi sebagian besar mendorong kenaikan.

Indeks KOSPI Korea Selatan menetap menguat 0,52 persen, indeks saham unggulan China CSI300 berakhir 0,12 persen lebih tinggi, sementara indeks Hang Seng Hong Kong ditutup menguat 1,10 persen.

Sentimen di Hong Kong juga meningkat setelah pemerintah mengisyaratkan bahwa perubahan kebijakan karantina hotel COVID-19 yang kontroversial untuk semua kedatangan akan segera hadir, dengan mengatakan pihaknya menginginkan "pembukaan yang tertib".

Baca juga: Saham Asia ikuti "rebound" Wall Street, pasar fokus pantau putusan Fed

Pasar Eropa ditetapkan untuk pembukaan yang lebih tinggi dengan pan-region Euro Stoxx 50 berjangka naik 0,37 persen, DAX berjangka Jerman bertambah 0,53 persen dan FTSE berjangka naik 0,61 persen. Saham berjangka AS, e-mini S&P 500 naik 0,22 persen.

"Banyak investor telah sepenuhnya memperkirakan kenaikan 75 basis poin pada pertemuan The Fed minggu ini," kata Kepala Investasi Beijing Yunyi Asset Management, Zhang Zihua.

"Pasar sekarang akan memperhatikan nada pidato yang keluar dari pertemuan tersebut. Selama pejabat Fed tidak memberikan komentar hawkish yang kuat, pasar saham bisa (lebih lanjut) rebound."

Pada Senin (19/9/2022), S&P 500 dan Komposit Nasdaq rebound setelah mencatat penurunan persentase mingguan terburuk sejak Juni, karena pasar sepenuhnya memperkirakan kenaikan suku bunga setidaknya 75 basis poin pada akhir pertemuan kebijakan Fed 20-21 September Fed.

Indeks S&P 500 naik 0,69 persen, Nasdaq bertambah 0,76 persen sementara Dow Jones Industrial Average naik 0,64 persen.

Baca juga: Wall Street menguat jelang pertemuan Fed, Indeks Dow naik 197,26 poin

Pasar memperkirakan suku bunga naik setinggi 4,5 persen pada awal 2023, dibandingkan dengan kisaran suku bunga kebijakan Fed 2,25-2,50 persen saat ini.

Suku bunga yang lebih tinggi telah menyebabkan aksi jual obligasi pemerintah. Imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS 10-tahun berada di 3,4848 persen, setelah mencapai 3,518 persen pada Senin (19/9/2022), level tertinggi sejak April 2011.

Imbal hasil obligasi dua tahun, barometer ekspektasi inflasi masa depan, menyentuh 3,9473 persen setelah naik ke level tertinggi baru hampir 15 tahun di 3,970 persen.

Bukan hanya di Amerika Serikat bahwa kenaikan suku bunga diharapkan. Sebagian besar pertemuan bank sentral minggu ini - dari Swiss hingga Afrika Selatan - diperkirakan akan meningkat, dengan pasar terpecah tentang apakah Bank Sentral Inggris (BOE) akan bergerak sebesar 50 atau 75 basis poin.

Bank sentral China mengambil jalannya sendiri, pada Senin (19/9/2022) memotong suku bunga repo sebesar 10 basis poin untuk mendukung ekonominya yang sedang sakit.

Baca juga: China tahan suku bunga pinjaman acuan, tak berubah sesuai perkiraan

Pengecualian lainnya adalah Bank Sentral Jepang (BOJ), yang juga akan bertemu minggu ini dan tidak menunjukkan tanda-tanda akan meninggalkan kebijakan kurva imbal hasil ultra-longgar meskipun yen mengalami penurunan drastis.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS yang lebih tinggi telah membantu memperkuat dolar dan membuat emas kurang menarik.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 0,046 persen pada 109,59. Dolar Selandia Baru, yang sensitif terhadap prospek pertumbuhan global, turun 0,5 persen ke level terendah sejak Mei 2020 di 0,5923 dolar AS.

Emas sedikit lebih rendah, dengan emas spot diperdagangkan pada 1.671,93 dolar AS per ounce. Minyak mentah AS naik 0,03 persen menjadi diperdagangkan di 85,76 dolar AS per barel. Minyak mentah Brent naik menjadi diperdagangkan di 92,12 dolar AS per barel.

Baca juga: Harga emas turun 5,30 dolar tertekan imbal hasil obligasi lebih kuat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022