dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, lebih banyak yang bersifat swadaya
Jakarta (ANTARA) - Pengamat pendidikan sekaligus Koordinator Nasional Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim menilai bahwa animo dari sekolah dan guru untuk implementasi Kurikulum Merdeka di tengah pandemi COVID-19 relatif tinggi.

"Saat ini, secara praktis memang ada tiga kurikulum yang dipakai yaitu Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan kondisi pandemi, dan Kurikulum Merdeka. Untuk Kurikulum Merdeka ini, kalau kita lihat animo dari sekolah, dari guru, memang relatif terbuka ya, antusias," kata Satriwan saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Selasa.

Data Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) sendiri saat ini sudah mencatat sekitar 143.265 sekolah di Indonesia yang bersedia mengimplementasikan Kurikulum Merdeka untuk tahun ajaran 2022/2023.

Menurut Satriwan, setiap perubahan kurikulum memang selalu disambut baik oleh sekolah dan para guru. Pasalnya, perubahan kurikulum merupakan keniscayaan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek). Sehingga, para siswa pun bisa mendapatkan hal-hal baru mengikuti zaman melalui implementasi kurikulum baru.

Sebagai informasi, implementasi Kurikulum Merdeka saat ini terbagi menjadi dua jalur. Pertama, jalur sekolah penggerak di mana kepala sekolah harus mengikuti serangkaian seleksi terlebih dahulu sebelum sekolah yang dia pimpin mengimplementasikan Kurikulum Merdeka.

Kemudian jalur kedua adalah jalur mandiri di mana pengimplementasian Kurikulum Merdeka murni dilakukan atas inisiatif sekolah tanpa harus melalui tahapan seleksi yang diikuti kepala sekolah.

Baca juga: Irman Yasin: Kurikulum merdeka untuk perbaiki kualitas SDM
Baca juga: Pengamat sarankan pemerintah bantu guru fokus pengajaran di kelas

Menurut Satriwan, implementasi Kurikulum Merdeka dari jalur mandiri ini jumlahnya lebih banyak daripada jalur sekolah penggerak sehingga cukup membuktikan bahwa kurikulum tersebut sangat disambut baik oleh sekolah.

"Dan sekarang ini, dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka, lebih banyak yang bersifat swadaya, mandiri karena inisiatif mereka. Sekolah-sekolah mengundang narasumber-narasumber dari pusat atau belajar dari sekolah penggerak yang sudah punya pengalaman dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka," ujar Satriwan.

"Mereka juga belajar mandiri di platform Merdeka Mengajar yang konten-kontennya disediakan oleh Kemendikbud. Platform ini yang memang menjadi tools yang sekarang dibutuhkan oleh guru-guru," imbuhnya.

Meski telah mendapatkan animo yang tinggi, Kurikulum Merdeka dikatakan Satriwan masih harus dilihat lebih lanjut mengenai keefektifan penerapannya karena kurikulum tersebut baru berjalan setahun terakhir sehingga masih harus dipantau perkembangannya ke depan.

"Kalau bicara efektif atau enggak tentu belum bisa memvonis karena ini memang baru setahun dan belum semua sekolah yang melaksanakan Kurikulum Merdeka," kata Satriwan.

Baca juga: Kurikulum merdeka lebih mudah diimplementasikan pada PAUD

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022