Tokyo (ANTARA) - Pasar saham jatuh pada akhir perdagangan Rabu, sementara aset-aset safe haven termasuk obligasi pemerintah AS dan yen Jepang mengalami permintaan karena pengumuman Presiden Rusia Vladimir Putin tentang mobilisasi militer parsial memukul sentimen di pasar yang sudah gelisah oleh pengetatan kebijakan Federal Reserve yang agresif.

Indeks MSCI dari saham Asia-Pasifik di luar Jepang tergelincir 1,37 persen, sementara indeks Nikkei Jepang berakhir merosot 1,36 persen dan menyentuh level terendah dua minggu, sementara indeks acuan ASX 200 saham Australia ditutup melemah 1,56 persen.

Indeks saham-saham unggulan CSI300 China ditutup menyusut 0,74 persen, indeks Hang Seng Hong Kong berakhir merosot 1,66 persen dan indeks KOSPI Korea Selatan menetap 0,87 persen lebih rendah.

Pasar ekuitas Eropa juga akan jatuh pada pembukaan dengan EuroStoxx50 berjangka turun sebanyak 1,0 persen ke level terendah sejak pertengahan Juli.

Saham e-mini berjangka AS menunjukkan 0,11 persen lebih rendah, menyusul aksi jual di Wall Street semalam yang telah menjatuhkan 1,13 persen dari indeks S&P 500.

Mata uang Eropa jatuh, dengan euro turun 0,65 persen menjadi 0,9903 dolar dan sterling turun 0,38 persen menjadi 1,1338 dolar setelah menyentuh level terendah baru 37 tahun di 1,1304 dolar.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, menguat 0,61 persen menjadi 110,84, dan menandai tertinggi baru dua dekade di 110,87.

Dolar sedikit melemah terhadap sesama mata uang safe-haven yen, di 143,615.

"Judul utama Rusia (mobilidsasi militer) membuat euro dan sterling dijual dengan keras, sementara dolar lebih kuat terhadap mata uang Eropa itu, tetapi yen bahkan lebih kuat, jadi itu adalah aliran tipe safe-haven yang khas," kata Shinichiro Kadota, ahli strategi valas senior Barclays di Tokyo.

Putin mengatakan dia telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi parsial mulai Rabu, mengatakan dia membela wilayah Rusia dan bahwa Barat ingin menghancurkan negara itu.

Ekuitas sudah seminggu dilanda kegelisahan tentang pengetatan moneter lebih lanjut ketika Fed akan memutuskan kebijakannya pada Rabu.

"Pasar rentan," kata Frank Benzimra, kepala strategi ekuitas Asia di Societe Generale.

"Ini akan menjadi waktu yang sulit untuk ekuitas dan aset-aset berisiko selama Anda tidak melihat putaran (dovish) apa pun dari The Fed."

The Fed menjadi berita utama selama seminggu di mana lebih dari selusin bank sentral mengumumkan keputusan kebijakan, termasuk Bank Sentral Jepang (BOJ) dan Bank Sentral Inggris (BOE) pada Kamis.

Bank Sentral Swedia, Riksbank, mengejutkan pasar semalam dengan kenaikan persentase poin penuh, dan memperingatkan lebih banyak lagi yang akan datang selama enam bulan ke depan.

Meskipun demikian, taruhan untuk pengetatan Fed tetap stabil. Pasar memperkirakan peluang 83 persen untuk kenaikan 75 basis poin lainnya, dan melihat kemungkinan 17 persen untuk kenaikan persentase poin penuh.

Imbal hasil global telah meningkat di tengah ekspektasi pengetatan lebih lanjut, tetapi ditekan oleh permintaan untuk keamanan utang menyusul komentar Putin.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS dua tahun mencapai level tertinggi hampir 15 tahun di 3,992 persen pada Selasa (20/9/2022), dan terakhir di 3,9440 persen.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun menyentuh 3,604 persen pada Selasa (20/9/2022) untuk pertama kalinya sejak April 2011 sebelum mundur ke 3,5338 persen.

Imbal hasil acuan obligasi pemerintah Australia 10-tahun juga naik ke level tertinggi hampir tiga bulan di 3,789 persen, sebelum mundur kembali ke 3,690 persen.

Baca juga: IHSG berpotensi tertekan hari ini, pasar pantau hasil rapat The Fed
Baca juga: Saham Eropa dibuka lebih tinggi ditopang sektor perbankan
Baca juga: Saham Asia berakhir naik, dibayangi isu kenaikan bunga Fed yang besar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022