Jakarta (ANTARA) - Industri minyak dan gas bumi kini fokus untuk menurunkan emisi karbon baik dalam kegiatan operasional dan produksi melalui pengembangan berbagai teknologi yang dapat menurunkan gas rumah kaca dan menghasilkan energi yang lebih bersih.
 
Presiden Indonesian Petroleum Association (IPA) Irtiza Sayyed mengatakan industri migas Indonesia kini menghadapi dua tantangan berupa pemenuhan kebutuhan energi Indonesia dan mengurangi dampak emisi karbon, sehingga membutuhkan solusi multi dimensi.
 
"Melihat situasi ini, tantangan energi Indonesia membutuhkan solusi multi-dimensi. Percepatan transisi energi Indonesia membutuhkan upaya bersama,” kata Irtiza dalam Pameran dan Konvensi IPA ke-46 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta, Rabu.
 
Berdasarkan Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), konsumsi minyak Indonesia diproyeksikan meningkat sebesar 139 persen dan konsumsi gas bumi meningkat hampir 300 persen. Hal itu didasari proyeksi pertumbuhan penduduk lebih dari 23 persen menjadi hampir 350 juta jiwa dalam 30 tahun ke depan.
   
Saat ini, anggota G20 dan negara-negara di dunia telah menetapkan target pencapaian netralitas karbon sejalan dengan Perjanjian Paris.
 
Komitmen Indonesia untuk mencapai target netralitas karbon juga terus digaungkan, salah satunya melalui transisi energi.
 
Bahkan transisi energi menjadi salah satu topik utama yang akan dibahas dalam KTT G20 di Bali pada November 2022 mendatang.
 
Dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC), Indonesia menargetkan penurunan emisi hingga 29 persen dengan upaya sendiri atau hingga 41 persen dengan bantuan Internasional.
 
Irtiza mengungkapkan teknologi penangkapan dan penyimpanan karbon (CCS) menjadi salah satu teknologi paling menjanjikan bagi industri migas untuk mencapai emisi yang lebih rendah.
 
Menurutnya, penerapan teknologi rendah karbon itu bertujuan untuk mengurangi emisi guna mencapai nol bersih emisi pada tahun 2060 atau lebih cepat. Namun, dukungan kebijakan diperlukan untuk mendorong investasi.
 
"Kita memainkan peran yang menentukan dalam mendukung transisi energi sambil memenuhi permintaan energi yang tengah melonjak. Selain itu, dibutuhkan upaya yang luar biasa dan kolektif untuk mencapai energi yang berkelanjutan dan andal," kata Irtiza.
 
"Jadi, mari bersama-sama menyusun skenario untuk masa depan yang lebih rendah karbon,” imbuhnya.
 
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan pemerintah Indonesia menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan perubahan iklim dan transisi energi menuju netralitas karbon pada tahun 2060.
 
Namun demikian, peran minyak dan gas bumi dalam transisi energi sangat penting karena bahan bakar fosil masih memegang peranan penting dalam tuntutan pemenuhan energi nasional.
 
"Untuk itu diperlukan proses transisi yang terukur dan harus mengelola sistem energi untuk disesuaikan,” kata Arifin.*

Baca juga: Kalteng upayakan FOLU Net Sink bisa diimplementasikan masyarakat

Baca juga: Apindo dorong inovasi keuangan berkelanjutan menuju nol emisi karbon

Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022