New York (ANTARA) - Indeks-indeks utama Wall Street jatuh pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), merosot untuk sesi ketiga berturut-turut karena investor bereaksi terhadap langkah agresif terbaru Federal Reserve untuk mengendalikan inflasi dengan menjual saham-saham pertumbuhan, termasuk perusahaan teknologi.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 107,10 poin atau 0,35 persen, menjadi menetap di 30.076,68 poin. Indeks S&P 500 menurun 31,94 poin atau 0,84 persen, menjadi berakhir di 3.757,99 poin. Indeks komposit NASDAQ tergelincir 153,38 poin atau 1,37 persen, menjadi ditutup pada 11.066,81 poin.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor konsumer non-primer dan keuangan masing-masing tergelincir 2,16 persen dan 1,66 persen, memimpin kerugian. Sementara itu, sektor perawatan kesehatan dan jasa-jasa komunikasi mencatat keuntungan moderat.

The Fed menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu (21/9/2022) dan mengisyaratkan lintasan yang lebih panjang untuk suku bunga kebijakan daripada yang diperkirakan pasar, memicu kekhawatiran volatilitas lebih lanjut dalam perdagangan saham dan obligasi dalam setahun yang telah melihat pasar bearish di kedua kelas aset.

Proyeksi bank sentral AS untuk pertumbuhan ekonomi yang dirilis pada Rabu (21/9/2022) juga menarik, dengan pertumbuhan hanya 0,2 persen tahun ini dan naik menjadi 1,2 persen untuk 2023.

Kegelisahan sudah ada di pasar setelah sejumlah perusahaan - yang terbaru FedEx Corp dan Ford Motor Co - mengeluarkan prospek pendapatan yang mengerikan.

Pada Jumat (16/9/2022), perkiraan pertumbuhan laba S&P 500 untuk kuartal ketiga adalah 5,0 persen, menurut data Refinitiv. Tidak termasuk sektor energi, tingkat pertumbuhan berada pada -1,7 persen.

Rasio harga saham terhadap laba (price-to-earnings ratio) ke depan S&P 500, metrik umum untuk menilai saham, berada pada 16,8 kali laba - jauh di bawah hampir 22 kali P/E ke depan pada awal tahun.

Saham perusahaan teknologi dan pertumbuhan megacap seperti Amazon.com Inc, Tesla Inc dan Nvidia Corp turun antara 1,0 persen dan 5,3 persen karena imbal hasil acuan obligasi pemerintah AS mencapai tertinggi 11- tahun.

Imbal hasil yang meningkat membebani penilaian perusahaan-perusahaan di sektor teknologi, yang memiliki ekspektasi pendapatan masa depan yang tinggi dan merupakan bagian penting dari indeks tertimbang kapitalisasi pasar seperti S&P 500.

Sektor teknologi S&P 500 telah merosot 28 persen sepanjang tahun ini, dibandingkan dengan penurunan 21,2 persen dalam indeks acuan.

"Jika kita terus mengalami inflasi yang kuat, dan jika (Ketua Fed Jerome) Powell berpegang teguh pada apa yang dia tunjukkan, saya pikir kita memasuki resesi dan kita melihat penurunan signifikan pada ekspektasi laba," kata Mike Mullaney, direktur pasar global di Boston Partners, dikutip dari Reuters.

"Jika ini terjadi, saya memiliki keyakinan tinggi dalam kondisi itu bahwa kita menembus 3.636," tambahnya, mengacu pada terendah pertengahan Juni S&P 500, titik terlemah tahun ini.

Maskapai penerbangan besar AS - yang telah menikmati rebound di tengah peningkatan perjalanan saat pembatasan pandemi berakhir - juga turun, dengan United Airlines dan American Airlines masing-masing jatuh 4,6 persen dan 3,9 persen. Ini membawa kerugian dalam tiga hari terakhir menjadi 11 persen untuk United dan 10,6 persen untuk American.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 11,39 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 10,91 miliar saham untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Saham Inggris ditutup lebih rendah, indeks FTSE 100 jatuh 1,08 persen
Baca juga: Saham Jerman berbalik melemah, indeks DAX 40 terperosok 235,52 poin
Baca juga: Saham China perpanjang kerugian, Indeks Shanghai turun 0,27 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022