Kita bisa atasi stunting sepanjang terbangun kesadaran kita bahwa anak adalah masa depan.
Jakarta (ANTARA) -
Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto mengatakan perlu membangun kesadaran masyarakat dalam mengatasi persoalan stunting.
 
"Kita bisa atasi stunting sepanjang terbangun kesadaran kita bahwa anak adalah masa depan. Jangan membuang masa depan kita. Kita harus berjuang menyiapkan anak-anak kita dengan gizi dan pendidikan yang baik," kata Hasto, saat menghadiri Bakti Sosial Bedah Minor, Sirkumsisi, dan Penyuluhan Stunting oleh Universitas Syiah Kuala (Unsyiah) Banda Aceh yang dipusatkan di RSUD Sabang, Provinsi Aceh, Sabtu.
 
Dia berpendapat harus dibangun kesadaran bagi orangtua bahwa makanan di lingkungan sekitar mengandung gizi dan vitamin yang baik. Bung Karno pada tahun 1956, bahkan pernah mengumpulkan resep bahan makanan seluruh Indonesia, yang dibukukan dalam "Mustika Rasa".
 
Dalam membangun kesadaran itu, perguruan tinggi juga perlu dilibatkan. Oleh karena itu, Hasto mendorong agar sivitas akademika Unsyiah, Universitas Islam Negeri Ar Raniry, dan Universitas Malikussaleh menggelorakan spirit agar masyarakat memiliki daya imajinasi tentang anak adalah masa depan.
 
Misalnya, kampus menyiapkan menu makanan bagi balita yang harganya terjangkau dan bisa disediakan sendiri dan secara berdikari. Perguruan tinggi harus bergabung dan ikut melakukan edukasi kepada masyarakat.
 
"Kita harus terdorong menyelamatkan masa depan dengan memberi gizi cukup bagi anak-anak kita. Gaya hidup harus digelorakan bahwa anak harus dipersiapkan dengan gizi dan pendidikan cukup, karena itu artinya kita menyelamatkan masa depan kita," ujar Hasto dalam siaran persnya.
 
Menurut dia, stunting sebenarnya tak boleh terjadi, karena Indonesia kaya bahan pangan dan kuliner yang bergizi. Namun demikian, ada persoalan kultural.
 
Hasto mencontohkan daun kelor yang kaya vitamin banyak tumbuh sebagai tanaman pagar. Namun, masyarakat Indonesia menganggap makan daun kelor adalah tanda seseorang miskin.
 
"Faktanya kita hadapi masalah stunting. Satu dari empat anak kita itu terkena stunting. Ini bukan sekadar masalah tinggi dan berat badan. Tapi juga soal kapasitas otak anak menyerap pengetahuan dan kesehatan," kata Hasto.
 
Rektor Universitas Syiah Kuala Prof Marwan menyatakan salah satu masalah utama di Aceh adalah soal kesehatan.
 
"Masalah stunting, 30 persen masalahnya adalah gizi dan kesehatan. Artinya perlu kolaborasi dengan pihak di luar kesehatan. Misal, masalah sanitasi dan gaya hidup. Perlu kerja sama kita semua menyelesaikan hal ini," kata Marwan.
 
Unsyiah terus memperkuat Fakultas Kedokteran demi mengatasi masalah itu, dan siap bekerja sama dengan pemerintah kabupaten/kota di Aceh untuk terlibat mengatasi masalah itu.
Baca juga: PDIP imbau para ibu pahami stunting agar tidak jadi bencana sosial
Baca juga: Megawati menyambut baik banyak pihak dukung BKKBN atasi stunting

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2022