Jakarta (ANTARA) - Lelaki disebut lebih rentan terkena penyakit jantung dibandingkan perempuan, apa penyebabnya?

Menurut dokter spesialis jantung dan pembuluh darah dr. Hasril Hadis, Sp.JP(K), FIHA, alasannya ada pada hormon estrogen yang terdapat di dalam tubuh perempuan.

"Estrogen dalam perempuan melindungi mereka dari penyakit jantung," kata Hasril dalam seminar kesehatan jantung di Rumah Sakit Premier Jatinegara, Jakarta, Kamis.

Hormon estrogen memberi perlindungan terhadap aliran darah ke jantung serta berfungsi melebarkan pembuluh darah.

Di sisi lain, kaum Hawa juga tetap berisiko terkena penyakit jantung setelah siklus menstruasi berakhir alias menopause.

Ketika perempuan sudah mencapai masa menopause, hormon estrogen di dalam tubuhnya menjadi berkurang. Itulah mengapa perempuan juga rentan terkena penyakit jantung setelah menopause.

Faktor lainnya yang membuat seseorang berisiko terkena penyakit jantung meliputi usia, riwayat keluarga, kebiasaan merokok, hipertensi, diabetes melitus, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, obesitas hingga kurangnya aktivitas fisik.

Ia mengingatkan masyarakat untuk mencegah penyakit jantung dengan mengatasi faktor-faktor risiko yang bisa dimodifikasi, yakni dengan cara menjalani gaya hidup sehat. Jika sudah memiliki penyakit jantung, maka hindarilah pemicu serangan jantung dan obati.

Hasril pun mengimbau masyarakat untuk mengenali gejala serangan jantung agar segera mencari pertolongan medis ketika tanda-tanda itu dirasakan.

Gejala serangan jantung meliputi nyeri dada yang khas yang terasa di belakang tulang dada, di dalam rongga dada, dada sebelah kiri.

Nyeri tersebut juga dapat menjalar hingga ke leher, rahang bawah, dagu, punggung, lengan kiri dan ulu hati. Gejala serangan jantung disertai juga dengan ciri-ciri seperti susah napas, sesak napas, keringat dingin dan pucat.

Rasa sakitnya dideskripsikan seperti nyeri ditindih benda berat, ada juga yang merasa seperti dadanya terbakar, diremas, ditusuk, diiris atau tercekik hingga merasa sesak napas.

"Penanganan makin cepat, risiko kematian berkurang...(Jika gejala terjadi) jangan tunggu kerok dulu, harus segera dibawa ke rumah sakit," katanya.

Berdasarkan data dari WHO, penyakit jantung masih merupakan salah satu penyakit dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi di dunia dengan angka mencapai 18,6 juta orang setiap tahunnya.

Menurut Kementerian Kesehatan, penyakit jantung juga menduduki peringkat tertinggi dengan membebani BPJS hingga lebih dari Rp10 triliun dan terus meningkat setiap tahunnya di Indonesia.

Baca juga: Dokter: Kenali gejala serangan jantung agar penanganan tepat

Baca juga: Dokter: Cegah penyakit jantung dengan gaya hidup sehat

Baca juga: Dokter anjurkan pasien penyakit jantung olahraga 150 menit per minggu

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022