Kuala Lumpur (ANTARA) - Departemen Meteorologi Malaysia (MetMalaysia) mengimbau masyarakat untuk lebih waspada terhadap kemungkinan bencana hidrometeorologi menjelang fase transisi monsun yang diperkirakan mulai terjadi pada 3 Oktober 2022.

Direktur Jenderal MetMalaysia Helmi Abdullah, dalam pernyataan pers yang disampaikan di Kuala Lumpur pada Kamis, mengatakan fase transisi monsun di Malaysia diperkirakan akan mulai terjadi pada 3 Oktober hingga November 2022, di mana fase awal peralihan menandai berakhirnya monsun barat daya yang sudah dimulai sejak 14 Mei lalu.

Selama fase transisi monsun, sejumlah wilayah di negeri jiran itu akan menerima angin lemah dari berbagai arah yang dapat menimbulkan badai petir yang biasanya membawa hujan lebat dan angin kencang dalam waktu singkat.

Baca juga: Album Asia: Suasana Vientiane di Laos kala musim monsun datang

Baca juga: Hujan monsun terus guyur Pakistan, 357 tewas dan 400 lebih luka-luka


Kondisi itu, menurut dia, terjadi terutama pada sore hari dan dini hari di sebagian besar wilayah di negara bagian pantai barat dan pedalaman Semenanjung, bagian barat Sabah, serta bagian tengah Sarawak.

Helmi mengatakan kondisi cuaca tersebut berpotensi menimbulkan banjir bandang yang dapat mengakibatkan kerusakan bangunan.

Untuk itu, ia mengimbau masyarakat untuk lebih waspada selama periode transisi tersebut dan selalu memantau prakiraan cuaca dan peringatan yang dikeluarkan oleh Departemen Meteorologi Malaysia, situs resmi MetMalaysia, aplikasi myCuaca hingga media sosial departemen tersebut.

Pemerintah Malaysia sedang mengantisipasi adanya potensi banjir yang diperkirakan terjadi pada November mendatang.

Pada Selasa (27/9), Menteri Pertahanan Malaysia Hishamuddin Hussein mengatakan pihaknya sedang melakukan persiapan bersama Kementerian Kesehatan untuk menghadapi bencana banjir yang diprediksi dapat terjadi pada November.

Kementerian Pertahanan Malaysia juga menyiapkan dua unit rumah sakit lapangan tambahan dengan mengeluarkan anggaran sebesar 47 juta ringgit Malaysia (sekitar Rp154,3 miliar) untuk mengantisipasi penanganan bencana dan keadaan darurat lainnya.

Sementara itu, Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (JBPM) Malaysia juga menyatakan 29.103 petugas dan personel serta sejumlah aset siap dikerahkan untuk menghadapi bencana.

Aset-aset tersebut termasuk 1.065 kendaraan ringan, 127 kendaraan berat, 403 kapal laut serta lima helikopter untuk pemantauan bencana, evakuasi dan bantuan selama banjir.

Selain itu, terdapat tiga pesawat yang ditempatkan di Bertam, Penang dan Miri di Sarawak.

Baca juga: BNPB catat 48 kejadian bencana hidrometeorologi pada 19-25 September

Baca juga: BNPB: Indonesia alami 45 bencana hidrometeorologi selama sepekan

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2022