Kabar baik adalah berita buruk karena angka pekerjaan hari ini kembali menegaskan bahwa perjalanan The Fed masih panjang
New York (ANTARA) - Wall Street melemah tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena aksi jual berlanjut di tengah kekhawatiran bahwa perjuangan agresif Federal Reserve melawan inflasi dapat melumpuhkan ekonomi AS, dan investor khawatir tentang kekalahan di mata uang global dan pasar utang.

Indeks Dow Jones Industrial Average merosot 458,13 poin atau 1,54 persen, menjadi menetap di 29.225,61 poin. Indeks S&P 500 jatuh 78,57 poin atau 2,11 persen, menjadi berakhir di 3.640,47 poin, penutupan terendah baru untuk tahun ini. Indeks Komposit Nasdaq anjlok 314,13 poin atau 2,84 persen, menjadi ditutup di 10.737,51 poin.

Semua 11 sektor utama S&P 500 ditutup di zona merah, dengan sektor utilitas dan konsumer non-primer masing-masing terpuruk 4,07 persen dan 3,38 persen, memimpin kerugian.

Indeks S&P 500 menyentuh posisi terendah yang terakhir terlihat pada November 2020. Turun lebih dari 8,0 persen pada September, dan berada di jalur untuk September terburuk sejak 2008.

Aksi jual obligasi pemerintah AS berlanjut karena pejabat Fed tidak memberikan indikasi bahwa bank sentral AS akan memoderasi atau mengubah rencananya untuk secara agresif menaikkan suku bunga guna menurunkan inflasi yang tinggi.

Presiden Fed Cleveland Loretta Mester mengatakan dia tidak melihat tekanan di pasar keuangan AS yang akan mengubah kampanye bank sentral untuk menurunkan inflasi melalui kenaikan suku bunga yang telah membawa suku bunga dana Fed ke kisaran 3,0 persen hingga 3,25 persen.

Saham kelas berat Apple jatuh 4,9 persen pada Kamis (29/9) setelah analis Bank of America menurunkan peringkat saham menjadi netral dari beli, dan Nvidia Corp merosot lebih dari 4,0 persen menyeret Nasdaq mendekati level terendah 2022, yang ditetapkan pada pertengahan Juni.

Di sisi ekonomi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan bahwa klaim pengangguran awal, cara kasar untuk mengukur PHK, turun 16.000 menjadi 193.000 dalam pekan yang berakhir 24 September. Angka tersebut, level klaim terendah sejak akhir April, memperkuat ekspektasi bahwa Federal Reserve akan melanjutkan kampanye kenaikan suku bunganya.

"Kabar baik adalah berita buruk karena angka pekerjaan hari ini kembali menegaskan bahwa perjalanan The Fed masih panjang," kata Phil Blancato, kepala Manajemen Aset Ladenburg Thalmann di New York. "Ketakutan di pasar adalah bahwa Fed akan mendorong kita ke dalam resesi yang sangat dalam, yang akan menyebabkan resesi pendapatan, itulah sebabnya pasar menjual."

Setelah periode penurunan tanpa henti, Wall Street bangkit kembali pada Rabu (28/9) dengan Dow ditutup naik lebih dari 500 poin.

"Kami tetap skeptis bahwa suasana yang lebih tenang di pasar pada Rabu (28/9) menandai berakhirnya periode baru-baru ini dari peningkatan volatilitas atau sentimen risk-off," kata analis UBS dalam sebuah catatan Kamis (29/9).

"Untuk reli yang lebih berkelanjutan, investor perlu melihat bukti yang meyakinkan bahwa inflasi terkendali, memungkinkan bank sentral menjadi kurang hawkish," kata mereka. "Belokan ini, menurut pandangan kami, masih jauh."

Pasar ekuitas AS telah terpukul tahun ini di tengah kekhawatiran bahwa pengetatan kebijakan agresif Fed dapat melemparkan ekonomi ke dalam resesi.

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2022