Jakarta (ANTARA) - Kepala Departemen Riset Sektor Jasa Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Inka Yusgiantoro mengatakan bahwa adopsi teknologi cloud bisa diibaratkan sebagai pedang bermata dua yang membawa peluang sekaligus risiko.

Baca juga: OJK: "Cloud Computing" bakal menghemat biaya industri perbankan

Untuk mengurangi resiko yang berlebih, maka harus dibarengi dengan adanya kolaborasi di setiap lini seperti lembaga pemerintah, lembaga keuangan, dan juga tentunya penyedia teknologi seperti Huawei Cloud.

"Ketika dunia digital menjadi semakin saling terhubung, aturan dan kebijakan bersama perlu ditetapkan untuk mengatasi masalah yang muncul dan mendukung interoperabilitas dalam ekosistem keuangan di Indonesia," kata Inka Yusgiantoro pada Kamis (29/9).

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Mastel (Masyarakat Telematika Indonesia) Sarwoto Atmosutarno menjelaskan bahwa dengan hadirnya Huawei Cloud di Indonesia akan senantiasa menyediakan sumber daya dan juga infrastruktur yang kuat untuk menerapkan itu semua.

Baca juga: OJK ingatkan isu keamanan data saat tekfin adopsi komputasi awan

"Hal ini akan mengindikasikan bahwa pusat data Huawei Cloud di Indonesia akan menyediakan sumber daya infrastruktur cloud yang kuat untuk menerapkan teknologi mutakhir seperti Big Data Analitik dan AI, yang mengintegrasikan industri telekomunikasi dengan ekonomi digital," jelas dia.

Sebagaimana diketahui bersama di kawasan Asia Pasifik, Huawei Cloud telah membangun sejumlah simpul jaringan (node) lokal di Singapura, Hong Kong (Tiongkok), Thailand, dan Malaysia.

Dalam kawasan tersebut, hampir 1.000 teknisi layanan, pakar O&M, dan manajer proyek ditempatkan untuk membantu proses migrasi cloud bagi pelanggan Huawei Cloud. Dengan kerangka kerja baru 3AZ DR, Region Indonesia akan mencapai peralihan beban kerja dalam hitungan menit tanpa kehilangan data.

Dengan begitu, Huawei menggelontorkan dana sebesar 20 miliar dolar AS setiap tahunnya untuk pengembangan dan riset setiap tahunnya guna menyempurnakan itu semua.

Baca juga: Teknologi cloud untuk fintech kian menjadi kebutuhan

Vice President Huawei Cloud Marketing Jonathan Zhou dalam acara ini juga menegaskan kembali komitmen Huawei yang akan memperkenalkan delapan layanan inovatif, yakni Huawei Cloud CCE Turbo, Ubiquitous Cloud Native Service (UCS), GaussDB, DataArts LakeFormation, gudang data real-time, Low Latency Live (LLL), dan model gelombang Pangu.

Model gelombang Pangu ini setidaknya akan bisa memangkas prediksi gelombang dari hitungan jam menjadi detik, dengan tingkat kesalahan prediksi tinggi gelombang yang kurang dari 10 cm.

"Ini merupakan kali pertama layanan-layanan tersebut diperkenalkan untuk implementasi di Indonesia," tutur dia.

Huawei Cloud Indonesia Summit hadir dengan mengusung tema "Building the Cloud Foundation for an Intelligent Indonesia," konferensi ini dihadiri pemain industri terkemuka, para pakar, mitra dan rekan media, yang saling berbagi gagasan guna mendorong ekonomi digital dan membangun ekosistem digital yang kuat di Indonesia.

Informasi yang penting juga disampaikan pada gelaran seperti Huawei Cloud yang mengumumkan rencana peluncuran Region baru di Indonesia pada tahun ini.

Di mana nantinya, region ini akan hadir dengan arsitektur 3AZ DR serta telah mengantongi sertifikat level-6 dari Institut Pemulihan Bencana Internasional (Disaster Recovery Institute International atau DRI).

Secara bersamaan, akan diluncurkan lebih dari 60 layanan cloud baru yang menawarkan pengalaman pengguna terbaik di bidang e-commerce, platform video pendek, game online, serta asuransi dan keuangan.


Baca juga: Huawei Cloud Indonesia meluncur tahun ini

Baca juga: Adopsi teknologi cloud untuk fintech perlu dibarengi manajemen risiko

Baca juga: Huawei umumkan kehadiran cloud region di Indonesia

Pewarta: Chairul Rohman
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2022