Jakarta (ANTARA) - Kesadaran masyarakat dalam mencegah penyakit kanker berperan penting dalam menurunkan jumlah kasus kanker, kata Ketua Umum Yayasan Kanker Indonesia, Prof. DR. dr. Aru Wisaksono Sudoyo, Sp.PD-KHOM, FINASIM, FACP.

"Kanker bisa diturunkan dengan kesadaran masyarakat sehingga pasien mengikuti gaya hidup yang baik dan memeriksakan diri dengan cepat agar stadium dini bisa disembuhkan," kata Aru di Jakarta, Jumat.

Pengobatan yang canggih semata, ujar Aru, takkan cukup efektif dalam menurunkan tingkat kanker di Tanah Air bila tidak dibarengi dengan perubahan pola gaya hidup sehat masyarakat.

Baca juga: Sembelit bisa sebabkan kanker usus

Dengan menerapkan gaya hidup sehat, risiko terkena penyakit kanker akan berkurang. Oleh karena itu, langkah preventif dengan mengedukasi masyarakat menjadi penting.

Aru menjelaskan gaya hidup yang tidak sehat saat muda bisa membuat seseorang terkena kanker di usia senja, sehingga dia mengingatkan masyarakat untuk menjalani gaya hidup sehat sedini mungkin.

Di Indonesia, kanker paru menduduki posisi teratas untuk penyakit yang banyak diidap laki-laki, disusul dengan kanker usus besar dan kanker prostat.

Kanker paru adalah jenis kanker yang kejadiannya paling tinggi pada laki-laki di Indonesia karena 95 persen diakibatkan lingkungan serta gaya hidup.

Pada kanker prostat, angka kasusnya kian meningkat karena penyakit ini kerap menimpa orang-orang yang sudah lanjut usia, kalangan yang semakin banyak di Indonesia. Sementara itu, salah satu kanker yang paling banyak diidap perempuan adalah kanker payudara.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018, angka kejadian kanker atau prevalensi di Indonesia meningkat mencapai 30 persen sejak tahun 2013 hingga 2018, sementara 58 persen prevalensi berada di kota-kota besar.

Baca juga: Konselor laktasi: menyusui bisa cegah kanker payudara

Baca juga: Menu serba pink disuguhkan untuk tingkatkan kesadaran kanker payudara

Baca juga: Menengok upaya Swedia dan Selandia Baru kurangi pravalensi merokok

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022