Moskow (ANTARA) - Rubel Rusia menguat melewati 57 terhadap dolar pada awal perdagangan Jumat, dan saham dibuka lebih tinggi ketika Presiden Vladimir Putin akan mengumumkan aneksasi atau pencaplokan empat wilayah Ukraina, menandai eskalasi baru dalam konflik Moskow dengan Kyiv.

Rusia akan mengumumkan pencaplokan itu setelah mengadakan apa yang disebutnya referendum di wilayah-wilayah pendudukan Ukraina. Pemerintah Barat dan Kyiv mengatakan pemungutan suara itu melanggar hukum internasional dan bersifat memaksa dan tidak representatif.

Pada pukul 07.22 GMT, rubel menguat 0,7 persen terhadap dolar di 56,84, dekat dengan tertinggi lebih dari dua bulan di 56,5450 yang dicapai pada Kamis (29/10/2022). Mata uang Rusia juga telah naik 0,4 persen untuk diperdagangkan pada 55,24 versus euro dan menguat 1,1 persen terhadap yuan menjadi 8,034.

Rubel telah didukung oleh kontrol modal dan jatuhnya impor sejak sanksi Barat dijatuhkan atas tindakan Rusia di Ukraina dan perusahaan-perusahaan berbondong-bondong meninggalkan pasar. Risiko geopolitik juga tetap tinggi, dengan lebih banyak sanksi AS dan Uni Eropa diharapkan segera.

Baca juga: Rubel dan saham Rusia jatuh saat Putin perintahkan mobilisasi militer

Indeks saham Rusia lebih tinggi.

Tekanan geopolitik mengirim indeks acuan MOEX Rusia ke level terendah sejak 24 Februari - hari Rusia mengirim pasukan ke Ukraina - pada Senin (26/9/2022), tetapi persetujuan yang diharapkan dari pembayaran dividen raksasa energi Gazprom adalah menjadi pendorong penting bagi pasar.

"Persetujuan, seperti yang diharapkan, pembayaran harus positif baik untuk saham dan pasar secara umum karena Gazprom memiliki bobot terbesar dalam indeks," kata BCS Global Markets.

Indeks MOEX berbasis rubel naik 1,4 persen menjadi diperdagangkan di 1.981,3 poin. Indeks RTS berdenominasi dolar terangkat 2,4 persen, menjadi diperdagangkan di 1.097,9 poin.

Baca juga: Saham Rusia perpanjang pemulihan, rubel jatuh menuju 59 per dolar

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022