Data resmi menunjukkan bahwa sebanyak 524 orang dirawat di rumah sakit akibat penyakit yang ditularkan oleh nyamuk itu dalam 24 jam terakhir hingga Rabu pukul 08.00 pagi waktu setempat, angka harian tertinggi sejauh ini pada tahun ini.
Menurut DGHS di bawah Kementerian Kesehatan Bangladesh, di Dhaka saja terdapat 373 orang yang didiagnosis menderita DBD.
Dengan kasus-kasus baru yang dilaporkan pada Rabu, jumlah kasus DBD di negara itu melonjak menjadi 9.165 sejauh ini pada bulan September, sebut DDGHS.
Jumlah kasus baru itu mengindikasikan tren peningkatan pesat penyakit yang ditularkan melalui nyamuk Aedes itu di ibu kota Bangladesh.
"Selain 34 kematian yang dilaporkan pada September, terdapat pula 11 kematian pada Agustus dan 9 kematian pada Juli," menurut DGHS.
Periode monsun Juni-September merupakan musim DBD di Bangladesh, yang dianggap sebagai negara berisiko tinggi untuk penyakit yang ditularkan oleh nyamuk.
Bangladesh, dengan populasi sekitar 165 juta penduduk, sangat rentan terhadap virus itu karena biosekuriti yang tidak memadai dan pengawasan penyakit yang kurang baik.
Nyamuk Aedes berkembang biak di air yang menggenang seperti wadah berisi air.
Dalam kasus yang parah, DBD dapat menyebabkan nyeri sendi, mual, muntah, ruam, masalah pernapasan, pendarahan, dan kegagalan organ.
Pewarta: Xinhua
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2022