Kami punya informasi yang mengarah pada jejak Barat dalam pengaturan dan pelaksanaan aksi-aksi teroris ini
Tbilisi/London (ANTARA) - Kepala mata-mata Rusia pada Jumat mengatakan bahwa Moskow memiliki informasi intelijen yang mengindikasikan bahwa Barat berada di belakang "aksi teroris" terhadap jaringan pipa gas Nord Stream di bawah Laut Baltik.

Anjloknya tekanan gas di jaringan itu tercatat pada 26 September dan para seismolog mendeteksi sejumlah ledakan, yang memicu gelombang spekulasi tentang siapa yang menyabotase salah satu koridor energi paling penting Rusia itu.

Uni Eropa mengatakan pihaknya menduga sabotase itu menyebabkan kerusakan pada jaringan pipa Nord Stream 1 dan 2 yang dikelola Gazprom di perairan Swedia dan Denmark.


Baca juga: Paus Fransiskus: Konflik Rusia-Ukraina adalah "perang dunia"

Gedung Putih telah menolak tuduhan Rusia bahwa pihaknya berada di balik insiden itu.

"Kami punya informasi yang mengarah pada jejak Barat dalam pengaturan dan pelaksanaan aksi-aksi teroris ini," kata Sergei Naryshkin, direktor Dinas Intelijen Asing Rusia (SVR), kepada pers seperti yang disiarkan oleh televisi pemerintah.

Pernyataan bos mata-mata itu adalah tuduhan paling terbuka oleh seorang pejabat senior Rusia terhadap Barat.

Dia tidak mengatakan bukti apa yang dimiliki Rusia, tetapi mengatakan bahwa Barat mencoba menyamarkan siapa yang melakukan serangan.

"Barat berusaha melakukan apa pun untuk menyembunyikan pelaku dan dalang sebenarnya dari aksi teroris internasional ini," kata Naryshkin.

SVR adalah organisasi penerus KGB, dinas intelijen era Soviet.

Presiden Vladimir Putin pada Kamis mengatakan "sabotase yang belum terjadi sebelumnya" terhadap pipa gas Nord Stream adalah "sebuah aksi terorisme internasional".


Baca juga: Media Rusia: AS akui lakukan penelitian biologis pada warga Ukraina


Kremlin menolak mengomentari pernyataan Naryshkin, tetapi mengatakan diperlukan investigasi internasional secara menyeluruh atas insiden tersebut.

Menteri Energi Swedia mengatakan pada Jumat "sangat mungkin" serangan itu dilakukan secara sengaja oleh seorang aktor negara.

Sejak kebocoran pertama terdeteksi awal pekan ini, para pejabat Moskow telah mengindikasikan bahwa Barat pimpinan AS mungkin berada di balik serangan itu.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan Washington mendapatkan keuntungan dari gangguan yang terjadi pada pipa tersebut.

Nord Stream 1 dan Nord Stream 2 tidak sedang dioperasikan ketika kebocoran ditemukan pada Senin, tetapi keduanya berisi gas.

Nord Stream AG, operator pipa Nord Stream 1, mengatakan pihaknya berharap kebocoran gas itu berhenti pada Senin, tetapi mereka belum bisa mengakses area itu untuk menilai kerusakan.

Sumber: Reuters


Baca juga: Sollers ingin ambil alih produksi Mazda di Rusia

Baca juga: Serangan rudal Rusia di Ukraina tewaskan 23 orang

Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2022