Harus dibarengi upaya untuk memperdalam kembali narasi sejarahnya secara logis dan kritis, jangan ditelan mentah-mentah
Jakarta (ANTARA) - Sejarawan yang juga aktivis pelestarian sejarah dan budaya, Asep Kambali mengatakan masyarakat terutama generasi muda perlu memperdalam pemahaman sejarah dari sumber-sumber lain saat menonton film G30S/PKI.

"Harus dibarengi upaya untuk memperdalam kembali narasi sejarahnya secara logis dan kritis, jangan ditelan mentah-mentah," kata pria yang merupakan pendiri Komunitas Historia Indonesia (KHI) itu saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, memperdalam pengetahuan mengenai sejarah G30S/PKI dari sumber-sumber lain sangat diperlukan sebab jika hanya mengandalkan lewat film, maka yang terjadi adalah kesalahpahaman.

Pasalnya, film G30S/PKI yang selalu diputar setiap 30 September itu merupakan fiksi belaka sehingga tidak merepresentasikan fakta sejarah yang sebenarnya.

Baca juga: Sejarawan UGM: Masyarakat sudah cerdas soal film G30S/PKI

Baca juga: Mahfud: Pemerintah tak larang pemutaran Film G30/S PKI


"Nonton film G30S/PKI ya sah-sah saja, silahkan tonton, Saya juga suka. Bagi saya, film itu sangat epic, keren, menyeramkan, menegangkan dan sangat mampu menghipnotis penonton. Itu satu karya yang menurut saya keren. Tapi substansinya jangan dipercaya, itu cuma film kok, bukan kebenaran yang disajikan," kata lulusan Universitas Negeri Jakarta itu.

Selain itu, lanjut dia, film juga hanya menampilkan satu perspektif, yakni perspektif dari si pembuat film. Untuk itu, perlu diimbangi dengan membaca buku, artikel, hingga video yang membahas sejarah guna memperkaya perspektif.

"Baca-baca buku, artikel, jadi jangan sampai generasi muda hari ini itu cuma scrolling konten dangkal di media sosial. Tonton konten-konten di YouTube yang narasinya membuat kita mendapatkan perspektif yang lain," ujarnya.

Untuk itu, Asep mengatakan jika memang film G30S/PKI dapat ditonton secara bebas, diperlukan kesadaran masyarakat agar mau membaca buku-buku sejarah yang bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya. Bahkan jika perlu, kata dia, pemerintah juga senantiasa mengarahkan masyarakat untuk hal tersebut.

"Karena kalau cuma menelan apa yang ada di film itu ya tentu kita akan terjerumus pada pemahaman yang hanya satu perspektif sehingga tidak clear," pungkasnya.

Baca juga: Survei SMRC tunjukkan mayoritas warga tak percaya PKI bangkit

Baca juga: Survei SMRC: Mayoritas warga percaya Pancasila tidak perlu diubah

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2022