New York (ANTARA) - Dolar menguat terhadap euro pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), tetapi memangkas kenaikan di akhir sesi yang dikaburkan oleh transaksi akhir kuartal sementara mata uang komoditas turun tajam setelah inflasi Eropa mencapai rekor tertinggi dan belanja konsumen AS meningkat lebih cepat dari yang diharapkan.

Tapi sementara indeks dolar menunjukkan kenaikan kuartalan terbesar sejak kuartal pertama 2015, indeks mencatat penurunan mingguan pertama dalam tiga minggu terakhir.

Sterling naik terhadap dolar setelah jatuh pada hari sebelumnya. Pound terakhir menunjukkan kenaikan empat sesi berturut-turut diikuti oleh penurunan liar di tengah kekhawatiran tentang rencana Inggris untuk memangkas pajak dan membayarnya dengan lebih banyak pinjaman.

Setelah mencapai rekor terendah pada Senin (26/9/2022), mata uang Inggris berada di jalur untuk kenaikan mingguan setelah bank sentral Inggris (BoE) membeli obligasi pemerintah Inggris, yang dikenal sebagai gilt pada Rabu (28/9/2022), Kamis (29/9/2022) dan Jumat (30/9/2022).

Data pada Jumat (30/9/2022) menunjukkan inflasi zona euro melampaui perkiraan mencapai 10,0 persen pada September, memperkuat ekspektasi untuk kenaikan suku bunga Bank Sentral Eropa (ECB) jumbo lainnya bulan depan.

Departemen Perdagangan AS mengatakan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), yang ditargetkan Federal Reserve sebesar 2,0 persen, naik 6,2 persen tahun-ke-tahun pada Agustus. Ini memberi The Fed lebih sedikit alasan untuk memperlambat siklus kenaikan suku bunganya setelah menaikkan biaya pinjaman AS lebih cepat pada 2022 daripada kapan pun sejak 1980-an.

"Perdagangan hari ini terdistorsi oleh arus pesanan akhir kuartal dan akhir bulan," karena investor fokus pada penyeimbangan kembali portofolio daripada data," kata Paresh Upadhyaya, direktur pendapatan tetap dan strategi mata uang di Amundi U.S. di Boston, dikutip dari Reuters.

Tetapi para analis memperkirakan dolar akan melanjutkan arah ke atas karena investor kembali ke perdagangan pada fundamental.

"Pada titik ini Anda tidak dapat melawan tren bullish dolar yang kuat karena didukung oleh faktor-faktor kontra siklus seperti kekhawatiran tentang pertumbuhan global, risiko geopolitik, dan kenaikan suku bunga AS," kata Upadhyaya.

Sementara itu, perdagangan mata uang dari negara-negara yang sangat bergantung pada komoditas bereaksi kuat terhadap data inflasi yang panas pada Jumat (30/9/2022) karena kekhawatiran tentang permintaan dan pertumbuhan ekonomi global, menurut Upadhyaya.

Dolar AS naik 1,04 persen terhadap dolar Kanada sementara kiwi Selandia Baru jatuh 2,24 persen dan dolar Australia turun 1,62 persen. Pound, setelah menyentuh 1,1235 dolar, terakhir naik 0,28 persen menjadi 1,11500 dolar.

Euro turun 0,10 persen pada 0,98055 dolar. Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, turun 0,08 persen hari ini tetapi berada di jalur untuk kenaikan kuartalan sebesar 7,2 persen.

"Data inflasi hari ini mengejutkan lebih tinggi sekali lagi. Itu akan terus mendorong suku bunga dan dolar," kata Adam Button, kepala analis mata uang di Forexlive, sebuah perusahaan analisis mata uang di Toronto.

Volatilitas nilai tukar mata uang asing melonjak karena investor mengkhawatirkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi dalam menghadapi pengetatan moneter global yang agresif. Ketegangan yang juga terjadi adalah kejatuhan anggaran mini Inggris dan kekhawatiran tentang eskalasi dalam perang Rusia-Ukraina.

Sebagai tanda serbuan terhadap mata uang aman dolar, permintaan mata uang AS di pasar derivatif melonjak pada Jumat (30/9/2022) ke level tertinggi sejak krisis COVID-19 pada 2020. Sejauh tahun ini, indeks dolar telah melonjak hampir 17 persen. Untuk bulan ini, indeks berada di jalur untuk kenaikan 3,15 persen, terbesar sejak April.

Dolar naik 0,2 persen terhadap yen di 144,765, dan sebagian besar bergerak menyamping sejak awal September.

Jepang melakukan intervensi pembelian yen pertamanya sejak 1998 pekan lalu untuk menopang mata uangnya. Ini menghabiskan rekor 2,8 triliun yen (19,7 miliar dolar AS), data Kementerian Keuangan menunjukkan pada Jumat (30/9/2022), menghabiskan hampir 15 persen dari dana yang tersedia untuk intervensi.

Di tempat lain, yuan China pulih dari kerugian sesi sebelumnya setelah Reuters melaporkan bank sentral telah mengatakan kepada bank-bank besar milik negara untuk siap mendukung mata uang dalam perdagangan luar negeri.

Franc Swiss jatuh setelah bank sentral Swiss National Bank mengatakan telah melakukan intervensi di pasar valuta asing pada kuartal kedua untuk mendukung mata uang. Dolar naik 1,05 persen terhadap franc.

Baca juga: Emas naik 3,4 dolar, setelah data inflasi AS lebih kuat dari perkiraan
Baca juga: Euro dan pound sterling capai tertinggi baru, ditopang kebijakan BoE
Baca juga: Yuan terdongkrak 104 basis poin menjadi 7,0998 terhadap dolar AS

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022