Surabaya (ANTARA) - Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur menyerukan shalat ghaib dan mendoakan korban tragedi kemanusiaan yang terjadi di Stadion Kanjurahan, Kabupaten Malang pada Sabtu (1/10) malam.

“Insiden ini benar-benar mengundang keprihatinan bersama. Kita doakan para korban diterima di sisi Allah SWT," ujar Wakil Ketua PWNU Jatim KH Abdussalam Shohib di Surabaya, Ahad.

Peristiwa terjadi saat sekelompok suporter Arema FC, Aremania, terlibat bentrok dengan aparat usai tim kesayangannya dikalahkan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3.

Berdasarkan keterangan kepolisian hingga dini hari tadi, total korban meninggal dunia berjumlah 127 orang, yang terdiri atas150 orang suporter dan dua anggota kepolisian.

Selain itu, ratusan orang lainnya sampai saat ini masih mendapatkan perawatan intensif di sejumlah rumah sakit di Malang.

Selain korban meninggal dunia, tercatat ada 13 unit kendaraan yang mengalami kerusakan, 10 di antaranya merupakan kendaraan Polri.

Baca juga: Pemkot Surabaya siap beri bantuan kemanusiaan atas tragedi di Malang


Menurut dia, tragedi di Stadion Kanjuruhan adalah salah satu bencana sepak bola paling mengerikan dalam sejarah sepak bola di dunia.

Pengasuh Pondok Pesantren Mambaul Maarif Denanyar tersebut menyampaikan duka cita dan berharap tak ada lagi peristiwa serupa terjadi.

"Nahdlatul Ulama juga mendesak agar dilakukan investigasi secara menyeluruh tentang penyebab tragedi ini," tutur Kiai Salam, sapaan akrabnya.

Hal senada disampaikan Sekretaris PWNU Jatim Akh Muzakki yang menegaskan bersama PCNU Kota dan Kabupaten Malang mendirikan posko pusat krisis dan pusat trauma di wilayah setempat.

Posko tersebut, lanjut dia, untuk menampung informasi warga NU Malang Raya yang kemungkinan menjadi korban, termasuk bagi masyarakat umum.

"Kejadian ini harus menjadi pelajaran. Pemerintah patut melakukan evaluasi menyeluruh atas penyelenggaraan kompetisi sepak bola seraya mendorong agar persepakbolaan nasional semakin maju tanpa kejadian memilukan seperti kasus di Kanjuruhan,” kata Rektor Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tersebut.

Baca juga: Mahfud tegaskan tragedi Kanjuruhan bukan bentrok antarsuporter

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022