Jakarta (ANTARA) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyatakan pelibatan aktor-aktor problematis dalam Forum Agama G20 atau Religion of Twenty (R20) merupakan salah satu upaya menyelesaikan masalah agama di dunia.

"Nah, ini dari perspektif tertentu akan dianggap kontroversial dan kemudian (perwakilan) dari India (dianggap) problematis dalam kaitannya dengan masalah-masalah agama," kata Ketua Umum PBNU Kiai Haji Yahya Cholil Staquf melalui keterangannya yang diterima di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan hingga saat ini ada begitu banyak persoalan agama di berbagai belahanh dunia, mulai dari Afrika, Eropa, Amerika hingga Asia Selatan dan Asia Tenggara.

Ketua Umum PBNU yang juga penggagas sekaligus Ketua Bersama R20 mengakui pelibatan aktor-aktor yang dianggap problematis dalam forum R20 merupakan langkah yang berpotensi dinilai kontroversial.

Namun, dalam perspektif yang lain, ia menganggap justru hal tersebut merupakan upaya paling konkret untuk menyelesaikan problem agama di wilayah masing-masing karena harus ada komunikasi dengan pihak-pihak yang dianggap terlibat dalam masalah.

"Di sisi lain, dalam perspektif kami hal ini justru semacam engagement," kata Gus Yahya, sapaan akrabnya.

Ia berpandangan melibatkan diri dengan aktor-aktor yang mungkin dianggap sebagai aktor yang problematis adalah satu cara yang paling konkret untuk melakukan upaya penyelesaian masalah.

Oleh karena itu, forum R20 didesain sedemikian rupa agar pemimpin komunitas-komunitas agama berdiskusi secara terbuka, jujur, terus terang dan langsung mengarah kepada masalah pokok tanpa adanya pengingkaran.

"Ini perlu dilakukan secara konstruktif demi menemukan jalan keluar dari segala masalah yang dibicarakan," ujar Gus Yahya.

Diskusi pertama akan membahas tentang hakikat masalah yang melibatkan agama-agama atau komunitas agama yang berbeda di dunia saat ini. Pada kenyataannya ada dinamika yang memprihatinkan terkait hubungan agama-agama di berbagai belahan dunia.

"Kita akan mendorong agar para pemimpin agama berbicara akar masalah tersebut," kata ulama asal Rembang, Jawa Tengah, itu.

Selanjutnya, para pemimpin komunitas agama juga mendiskusikan langkah yang perlu diambil secara bersama, termasuk di komunitas agama masing-masing untuk menangani akar masalah.

"Kalau ini sudah ada jalan dan ada titik terang, para pemimpin agama akan berada dalam posisi untuk menawarkan kontribusi agama bagi peradaban," ujarnya.

Selama ini, Gus Yahya melihat dialog di antara para tokoh agama terlalu formal sehingga kurang terbuka. Di forum-forum agama sebelumnya ia melihat kurang ada keberanian secara jujur mengakui dan membicarakan masalah yang ada. Apalagi, masalah agama juga bersumber dari pengalaman sejarah.

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Didik Kusbiantoro
Copyright © ANTARA 2022