Malang, Jawa Timur (ANTARA) - M Alfiansyah, seorang anak berusia 11 tahun yang menjadi yatim piatu akibat kedua orang tuanya meninggal dunia pada tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, bercita-cita menjadi seorang polisi.

Alfiansyah yang didampingi pamannya, Doni (43) di Kota Malang, Jawa Timur, Senin, mengatakan bahwa ia memang bercita-cita untuk menjadi seorang polisi karena profesi tersebut dirasa sangat menarik bagi anak yang bersekolah di SD Negeri Bareng 2 Kota Malang itu.

"Saya bercita-cita menjadi polisi, sepertinya asik gitu menjadi polisi," kata Alfiansyah.

Sebagai informasi, kedua orang tua kandung Alfiansyah, yakni M Yulianton (40) dan Devi Ratna Sari (30), meninggal dunia akibat peristiwa kericuhan yang terjadi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu (1/10) malam itu.

Baca juga: Presiden Arema FC siap bertanggung jawab penuh atas tragedi Kanjuruhan

Keduanya meninggal dunia pada saat akan keluar dari Stadion Kanjuruhan pintu 14, usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya. Dalam pertandingan itu, Arema FC kalah dari Persebaya dengan skor 2-3.

Alfiansyah menambahkan pada saat peristiwa itu terjadi ia bersama kedua orang tuanya berusaha untuk keluar dari dalam stadion. Alfiansyah mengaku sempat terjatuh, namun ia kemudian berdiri dan bergegas untuk keluar.

"Waktu mau ke bawah saya terjatuh, terus langsung berdiri. Itu masih bersama ayah dan mama. Setelah saya berdiri saya didorong dari belakang dan kemudian melihat ayah terjatuh," ujarnya.

Ia menambahkan setelah ayah Alfiansyah terjatuh tersebut, ia kemudian berjalan secara perlahan hingga bisa keluar dari Stadion Kanjuruhan. Ia mengaku tidak merasa berdesak-desakan untuk keluar pada saat itu.

"Iya saya keluar sendiri, berjalan. Berjalan aja biasa sampai keluar," ujarnya.

Sementara itu, Doni menambahkan Alfiansyah selama ini dikenal sebagai sosok anak yang pendiam. Ia mengatakan akan mendukung penuh cita-cita Alfiansyah untuk menjadi seorang polisi.

"Kalau nantinya Alfi mau ikut saya, saya akan sangat bersedia, karena dia keponakan saya. Ia juga bercita-cita menjadi polisi, itu sangat mulia, jadi polisi yang baik. Saya mendukung itu," katanya.

Baca juga: Pemerintah minta Menpora panggil PSSI terkait peraturan pertandingan

Ia mengenang kedua almarhum orang tua Alfiansyah sebagai sosok yang sangat baik. Selama ini, almarhum Yulianto memang penggemar Arema FC, namun, setelah menikah tidak lagi pernah menonton pertandingan ke stadion.

Sementara almarhum ibunda Alfiansyah, baru pertama kali ke Stadion Kanjuruhan pada malam terjadi kericuhan itu. Almarhum ayah Alfiansyah, sempat berkata bahwa ajakan untuk menonton pertandingan di Stadion Kanjuruhan untuk membahagiakan anaknya.

"Istrinya itu baru pertama kali ke stadion dan anaknya juga baru pertama kali. Almarhum sempat mengatakan, saya ingin membahagiakan anak saya. Ternyata menyenangkan anak yang terakhir kalinya," ujarnya.

Kericuhan terjadi usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu malam.

Baca juga: Mensos serahkan santunan bagi ahli waris korban tragedi Kanjuruhan

Baca juga: FORKI sampaikan belasungkawa pada keluarga korban tragedi Kanjuruhan


Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.

Berdasarkan data terakhir, menyebutkan bahwa korban meninggal dunia akibat tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur sebanyak 129 orang. Selain itu, dilaporkan sebanyak 323 orang mengalami luka pada peristiwa itu.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022