Tokyo (ANTARA) - Sterling naik ke tertinggi baru pascaanggaran di awal perdagangan di Asia pada Selasa pagi, membebani indeks dolar AS yang lebih luas, karena mata uang Inggris memperpanjang pemulihannya sehari setelah pemerintah Inggris membatalkan rencana pemotongan pajak.

Dolar Aussie mundur dari dekat ujung atas kisaran baru-baru ini terhadap greenback menjelang keputusan bank sentral Australia (RBA) hari ini, dengan para pedagang terpecah pada kemungkinan kenaikan suku bunga seperempat poin atau setengah poin.

Dolar AS juga kehilangan beberapa dukungan dari penurunan imbal hasil obligasi pemerintah karena data ekonomi lokal menunjukkan perlambatan di bidang manufaktur, mengisyaratkan bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve yang agresif sudah dirasakan.

Sterling sedikit berubah pada 1,13265 dolar setelah sebelumnya mencapai 1,13435 dolar, level tertinggi sejak 22 September, sehari sebelum pemerintah baru mengguncang pasar dengan anggaran mini pemotongan pajak besar-besaran yang didanai oleh peningkatan pinjaman.

Perdana Menteri Inggris Liz Truss terpaksa mundur dari rencana itu pada Senin (3/10/2022) di tengah pemberontakan partai.

Euro juga mendekati level tertinggi sejak 22 September, terakhir berpindah tangan 0,07 persen lebih kuat pada 0,9827 dolar.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang lainnya termasuk sterling dan euro, menguat 0,07 persen pada 111,63, tetapi masih mendekati level terendah Senin (3/10/2022) di 111,46, level yang terakhir terlihat pada 23 September. Indeks telah melonjak ke tertinggi dua dekade 114,78 pada Rabu lalu (28/9/2022).

Pada Senin (3/10/2022), survei Institute for Supply Management (ISM) menunjukkan aktivitas manufaktur AS adalah yang paling lambat dalam hampir 2,5 tahun pada September karena pesanan baru berkontraksi, dengan ukuran inflasi di gerbang pabrik melambat selama enam bulan berturut-turut.

Namun, Commonwealth Bank of Australia memprediksi jeda sterling akan berumur pendek, dan reli dolar akan terus berlanjut.

Selama bulan mendatang, "dolar AS dapat tetap meningkat karena FOMC (Komite Pasar Terbuka Federal) terus meningkatkan suku bunga secara agresif dan ekonomi global memasuki resesi," tulis ahli strategi CBA Joseph Capurso dalam catatan klien.

Dia juga mencatat "risiko resesi global dapat mendorong pound sterling turun secara signifikan" dan "prospek ekonomi Inggris yang lemah akan membuat pound sterling di bawah tekanan" dalam jangka menengah.

Greenback hampir datar di 144,64 yen, bertahan di bawah 145 setelah sempat melonjak di atas level itu pada Senin (3/10/2022) untuk pertama kalinya sejak otoritas Jepang melakukan intervensi guna mendukung mata uang mereka pada 22 September.

Menteri keuangan Jepang Shunichi Suzuki mengulangi pada Senin (3/10/2022) bahwa pihak berwenang siap untuk langkah-langkah "menentukan" di pasar valuta asing jika pergerakan yen "tajam dan sepihak" bertahan.

Aussie turun 0,25 persen menjadi 0,650 dolar, tetapi tidak jauh dari kisaran puncaknya sejak 23 September di 0,6537 dolar AS. Itu merosot ke level terendah 2,5 tahun di 0,63635 dolar AS minggu lalu.

Pedagang menempatkan peluang 41 persen untuk kenaikan seperempat poin dari RBA pada keputusan suku bunga pukul 03.30 GMT, dan peluang 59 persen untuk kenaikan setengah poin.

Kiwi Selandia Baru tergelincir 0,10 persen menjadi 0,572 dolar AS, tetapi juga masih dekat dengan kisaran puncak baru-baru ini. RBN akan memutuskan kebijakan pada Rabu (5/10/2022), dan pasar sepenuhnya memperkirakan kenaikan setengah poin, sambil memberikan peluang 23 persen untuk peningkatan 75 basis poin.

Baca juga: Sterling naik setelah Inggris batalkan pemotongan pajak, dolar jatuh
Baca juga: Dolar menguat saat kuartal berakhir, mata uang komoditas tenggelam
Baca juga: Euro dan pound sterling capai tertinggi baru, ditopang kebijakan BoE

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022