New York (ANTARA) - Bursa Wall Street naik tajam pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan indeks S&P 500 membukukan reli satu hari terbesar dalam dua tahun, setelah data ekonomi AS yang lebih lemah dan kenaikan suku bunga Australia yang lebih kecil dari perkiraan memicu harapan pengetatan yang kurang agresif oleh Federal Reserve.

Indeks Dow Jones Industrial Average melambung 825,43 poin atau 2,8 persen, menjadi menetap di 30.316,32 poin. Indeks S&P 500 melonjak 112,5 poin atau 3,06 persen, menjadi ditutup pada 3.790,93 poin. Indeks Komposit Nasdaq menambahkan 360,97 poin atau 3,34 persen, menjadi berakhir di 11.176,41 poin.

Reli itu berbasis luas, dengan hanya enam saham di indeks S&P 500 ditutup lebih rendah. Untuk indeks S&P 500, itu adalah kenaikan satu hari terbesar sejak Mei 2020. Sementara itu, indeks Dow Jones Industrial Average dan S&P 500 membukukan reli dua hari terbesar sejak April 2020.

Sementara permintaan tenaga kerja tetap cukup kuat, lowongan pekerjaan AS turun paling dalam dalam hampir 2,5 tahun pada Agustus sebagai tanda misi Fed untuk menjinakkan inflasi dengan menaikkan suku bunga bekerja untuk memperlambat ekonomi.

Sebelumnya, bank sentral Australia (RBA) mengejutkan pasar dengan kenaikan suku bunga yang lebih kecil dari perkiraan sebesar 25 basis poin. Suku bunga acuan telah mencapai tertinggi sembilan tahun setelah enam kali kenaikan suku bunga dalam beberapa bulan dalam siklus pengetatan yang juga dilakukan oleh bank sentral lainnya.

RBA adalah bank sentral besar pertama yang mengakui bahwa sekarang adalah waktu untuk melambat setelah secara agresif menaikkan suku bunga tahun ini, kata Anthony Saglimbene, kepala strategi pasar di Ameriprise Financial di Troy, Michigan.

"Ada harapan bahwa Federal Reserve di beberapa titik di kuartal keempat akan mengatakan hal yang sama. Tidak berhenti menaikkan suku bunga, tetapi hanya memperlambat langkahnya," katanya, dikutip dari Reuters. "Itulah jenis reli pasar di bawah permukaan."

Namun, Gubernur Fed Philip Jefferson mengatakan inflasi adalah masalah paling serius yang dihadapi bank sentral AS dan "mungkin perlu waktu" untuk mengatasinya. Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengatakan bank sentral perlu memberikan lebih banyak kenaikan suku bunga.

Saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga naik karena imbal hasil pada obligasi pemerintah AS 10-tahun turun untuk hari kedua berturut-turut setelah data pekerjaan dan langkah mengejutkan RBA. Valuasi pada saham teknologi dan pertumbuhan lainnya turun ketika biaya modal mereka naik.

Dampak dari suku bunga yang lebih tinggi kemungkinan akan tercermin dalam hasil perusahaan ketika musim laporan laba dimulai dalam dua minggu, kata Dennis Dick, pendiri dan analis struktur pasar di Triple D Trading Inc.

"Kami masih menghadapi waktu yang lebih sulit di sini. Saya pikir musim laporan keuangan ini tidak akan bagus," katanya. "Jika salah satu senjata besar memperingatkan itu bisa mengakhiri reli lebih cepat. Ini benar-benar melegakan dibandingkan dengan dimulainya pasar bullish baru."

Raksasa megacap memimpin reli, dengan Amazon.com Inc melonjak 4,50 persen dan Microsoft Corp terangkat 3,38 persen, Apple Inc naik 2,56 persen, sementara induk Google Alphabet Inc terdongkrak 3,04 persen.

Saham-saham bank seperti Citigroup, Morgan Stanley dan Goldman Sachs juga meningkat lebih dari 3,0 persen.

Volume transaksi di bursa AS mencapai 12,51 miliar saham, dibandingkan dengan rata-rata 11,63 miliar untuk sesi penuh selama 20 hari perdagangan terakhir.

Baca juga: Wall St terangkat saat kuartal akhir dimulai, Dow melonjak 765 poin
Baca juga: Wall St turun tertekan data inflasi AS yang panas, Dow anjlok 500 poin
Baca juga: Aksi jual Wall St berlanjut, indeks S&P 500 berakhir di terendah 2022

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2022