RCEP menunjukkan komitmen bersama ASEAN, China, dan pihak-pihak lain terhadap sistem perdagangan multilateral
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi memandang Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) membuka berbagai peluang untuk mengkatalisasi perluasan perdagangan dan investasi regional yang sangat dibutuhkan bagi pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19

Sekretariat ASEAN telah mengumumkan bahwa perjanjian RCEP dimulai pada 1 Januari 2022 setelah menerima instrumen ratifikasi dari enam negara ASEAN, yaitu Brunei, Kamboja, Laos, Singapura, Thailand, dan Vietnam, serta dari empat negara penanda tangan non-ASEAN yakni Australia, China, Jepang, dan Selandia Baru.

Dalam wawancara tertulis dengan Xinhua belum lama ini, Lim mengatakan RCEP menunjukkan komitmen bersama ASEAN, China, dan pihak-pihak lain terhadap sistem perdagangan multilateral.

Ditandatangani pada November 2020, saat ini RCEP merupakan perjanjian perdagangan bebas terbesar di dunia yang menghubungkan ASEAN dan perekonomian-perekonomian global utama dunia termasuk China, Korea Selatan, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
 

Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) Dato Lim Jock Hoi tengah bekerja di Gedung Sekretariat ASEAN di Jakarta pada 26 Maret 2021. (Xinhua/Sekretariat ASEAN)


Lim menyebut RCEP memperkuat integrasi ekonomi regional dengan memperluas ketentuan asal barang (rules of origin) akumulatif umum, prosedur bea cukai yang disederhanakan, fasilitasi perdagangan, serta aturan perdagangan koheren yang memberikan transparansi, keadilan, dan prediktabilitas yang lebih besar untuk kalangan usaha.

"Semua ini akan menghasilkan pengurangan biaya perdagangan dan waktu pemrosesan yang signifikan bagi kalangan usaha ASEAN, terutama usaha mikro kecil dan menengah, yang akan memiliki peluang lebih besar untuk berintegrasi ke dalam rantai pasokan regional dan global," katanya.

Lim menekankan bahwa setelah implementasi perjanjian RCEP, masing-masing pihak harus menyesuaikan kerangka regulasinya, dan komunitas bisnis perlu dilengkapi dengan kemampuan, keterampilan, serta pengetahuan tentang cara memanfaatkan peluang guna meningkatkan daya saing mereka.

Pada 2021, China dan ASEAN sepakat meningkatkan hubungan bilateral mereka menjadi kemitraan strategis komprehensif, yang menurut Lim tidak hanya menandai tonggak penting dalam hubungan ASEAN-China, tetapi juga diharapkan dapat membentuk lanskap dan momentum baru bagi kerja sama ekonomi dalam hubungan bilateral antara ASEAN dan China di tahun-tahun mendatang.

Dengan prospek lanskap baru itu, Lim berharap ASEAN dan China bisa bekerja sama lebih erat lagi guna menyuntikkan ketahanan dalam hubungan ekonomi dan perdagangan mereka.

Lim menambahkan, kedua belah pihak harus merevitalisasi hubungan ekonomi ASEAN-China yang baru dengan memanfaatkan potensi kemajuan teknologi sebagai pendorong pertumbuhan dan berkoordinasi mengatasi tantangan bersama seperti perubahan iklim.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022