Kami sangat siap, kami menunggu industrinya masuk, sehingga bisa terfasilitasi dengan baik. Kami menjaga di setiap daerah itu tersedia cukup kawasan peruntukan industri yang bisa menjadi lokasi kawasan industri
Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Ketahanan, Perwilayahan, dan Akses Industri Internasional Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Eko SA Tjahjanto mengatakan bahwa kawasan industri di Indonesia siap menopang hilirisasi Sumber Daya Alam (SDA) yang tengah digencarkan.

"Kami sangat siap, kami menunggu industrinya masuk, sehingga bisa terfasilitasi dengan baik. Kami menjaga di setiap daerah itu tersedia cukup kawasan peruntukan industri yang bisa menjadi lokasi kawasan industri," kata Eko kepada Antara di Jakarta, Kamis.

Eko menyampaikan kawasan industri di Indonesia telah mengacu pada potensi SDA yang ada di daerah tersebut. Dengan demikian, pemanfaatan kawasan industri dapat maksimal untuk perekonomian daerah maupun nasional.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) Tahun 2015-2035, kata dia, terdapat 22 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI) di Indonesia, termasuk WPPI di Provinsi Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Tengah.

Merujuk data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) selama lima tahun terakhir, kontribusi sektor industri di Sulawesi Tenggara mengalami peningkatan sebesar 0,93 persen. Khusus di Kabupaten Konawe (Sulawesi Tenggara) terjadi peningkatan hingga 18,25 persen.

Sedangkan di Sulawesi Tengah, peningkatan kontribusi sektor industri mencapai 3,29 persen, dengan sumbangsih Kabupaten Morowali yang mengalami lonjakan sebesar 31,42 persen.

“Peningkatan kontribusi sektor industri dalam pertumbuhan ekonomi regional tersebut sangat jelas terlihat sejak beroperasinya kawasan industri,” ungkap Eko.

Baca juga: Ini jurus Kemenperin akselerasi hilirisasi industri

Di Kabupaten Konawe misalnya, sejak dimulainya pembangunan kawasan industri pada 2017 kontribusi sektor industri pengolahan meningkat hingga rata-rata 6 persen setiap tahunnya.

Sedangkan di Kabutapen Morowali, sejak dimulainya pembangunan kawasan industri pada 2015 langsung meningkatkan kontribusi sektor industri sebesar 27,65 persen pada 2016 dan meningkat hingga rata-rata 1,25 persen setiap tahunnya.

Penggerak utama WPPI di Sulawesi Tenggara disebut adalah Kawasan Industri Morowali dan Kawasan Industri Konawe, serta beberapa kawasan industri yang sedang dalam tahap perencanaan.

Diketahui, Kawasan Industri Konawe dan Kawasan Industri Morowali merupakan Proyek Strategis Nasional berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2021.

Kawasan Industri Konawe yang dikelola oleh PT Virtue Dragon Nickle Industrial Park (PT VDNIP) terletak di Morosi, Konawe, Sulawesi Tenggara, dengan luas lahan 2.253 hektare dari target pengembangan 4.000 hektare. Adapun fokus pengembangan industri di Kawasan Industri Konawe adalah industri pengolahan nikel.

Sementara itu Kawasan Industri Morowali yang dikelola oleh PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) terletak di Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah dengan luas lahan 3.000 hektare.

Fokus pengembangan di Kawasan Industri Morowali adalah industri smelter dengan target investasi Rp105 triliun dan saat ini sudah menyerap tenaga kerja sebanyak 40.000 orang dari target 50.000 tenaga kerja.

Baca juga: Bahlil: Indonesia disegani dunia dengan hilirisasi
Baca juga: Kemenperin ungkap pentingnya hilirisasi dalam pembangunan industri


Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022