Baturaja (ANTARA) - Lembaga Lingkungan Hidup Jejak Bumi Indonesia (JBI) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumatera Selatan, melakukan program rehabilitasi kawasan hutan dan daerah aliran sungai (DAS) dengan memanfaatkan kearifan lokal.

Pendiri JBI Kabupaten OKU Hendra Setyawan saat menyampaikan materi dalam rapat koordinasi Forum DAS tingkat nasional bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di Semarang, Kamis, menyampaikan bahwa pengelolaan DAS harus mengedepankan kearifan lokal masyarakat Suku Ogan di Sumatera Selatan.

"Saya mengangkat salah satunya Prasasti Talang Tuo peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang dibuat pada tahun 684 Masehi yang ditemukan oleh Residen Palembang Louis Constant Westernek di Kaki Bukit Siguntang, Sumatera Selatan, pada 17 November 1920," kata Hendra.

Baca juga: DPD RI minta rehabilitasi hutan tidak sekedar seremoni

Bila dikaji dari teks Prasasti Talang Tuo, kata dia, amanat yang tertulis bukan hanya ditujukan kepada masyarakat Sumatera Selatan saja, melainkan juga seluruh dunia untuk melestarikan berbagai tanaman peninggalan nenek moyang tersebut.

"Misalnya tanaman kelapa, pinang, aren, bambu, dan berbagai pohon buah lainnya yang bermanfaat untuk penataan hutan dan DAS. Pola ini sudah dilakukan oleh Kerajaan Sriwijaya leluhur kita sejak 1.600 tahun yang lalu agar menjaga alam dengan baik," kata Hendra.

Oleh sebab itu, JBI saat ini melakukan gerakan menanam jenis pohon tersebut untuk menjaga kearifan lokal dan kawasan hutan serta DAS agar tetap lestari.

Baca juga: Pemerintah minta perusahaan penuhi kewajiban merehabilitasi DAS

"Apalagi kondisi hutan dan DAS Indonesia dalam kondisi kurang baik sehingga kita harus kembali dengan kearifan lokal melalui gerakan menanam pohon," katanya.

Gerakan menanam pohon ini juga, kata dia, sejalan dengan program tanam 1 miliar pohon di beberapa kabupaten/kota di Sumsel yang digagas JBI sejak beberapa tahun silam.

Dalam gerakan ini pihaknya telah menanam ratusan ribu bibit pohon produktif di lahan kritis, termasuk DAS agar menjadi produktif dan lestari.

Baca juga: Jejak Indonesia OKU rehabilitasi 10.400 hektare kawasan hutan

"Hutan merupakan ekosistem yang paling beragam di bumi karena di sanalah mayoritas besar spesies makhluk hidup yang ada di bumi tinggal sehingga harus kita jaga kelestariannya bersama-sama," ujarnya.

Pewarta: Edo Purmana
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2022