Kami sudah lama berargumen bahwa intervensi bukanlah cara yang efektif untuk mengubah tren mata uang ...
Singapura (ANTARA) - Dolar sangat kuat di awal perdagangan Asia pada Jumat, didukung oleh paduan suara dari pembicara Federal Reserve (Fed) yang hawkish dan karena investor bertaruh data pekerjaan yang solid di kemudian hari akan menjaga bank sentral terbesar di dunia itu pada jalur pengetatan agresif untuk menjinakkan inflasi.

Greenback yang meningkat mendorong pound dan euro dari tertinggi intra-minggu mereka di awal perdagangan Asia, yang juga melihat penembusan 145 per dolar lagi untuk yen Jepang.

Sterling melemah 0,09 persen menjadi 1,1150 dolar, jauh dari tertinggi 1,1493 dolar yang dicapai awal pekan ini setelah melakukan pemulihan setelah pemerintah Inggris membatalkan rencana pemotongan tarif pajak penghasilan tertinggi.

Euro diperdagangkan 0,05 persen lebih rendah pada 0,9788 dolar, setelah dua upaya gagal untuk mendapatkan kembali keseimbangan minggu ini.

Semalam banyak pejabat The Fed memperkuat pandangan bahwa bank sentral belum selesai dengan siklus kenaikannya karena berusaha menurunkan inflasi, dan bahwa suku bunga diperkirakan akan naik lebih jauh.

"Retorika yang datang dari pembicara The Fed sangat jelas dalam hal pesan hawkish ini," kata Ahli Strategi Mata Uang National Australia Bank, Rodrigo Catril.

Baca juga: Lembaga Riset PIIE proyeksikan AS masuki resesi ringan pada 2023

"Itu tentu saja menegaskan kembali argumen bahwa The Fed tidak hanya tetap sangat berkomitmen untuk menjaga kakinya pada pedal pengetatan, sementara pada saat yang sama, Anda melihat data ekonomi dan AS masih terlihat di tempat yang jauh lebih kuat daripada yang lain. "

Indeks dolar AS naik 0,04 persen menjadi112,29, setelah naik hampir 1,0 persen semalam dan jauh dari level terendah 110,05 yang dicapai awal pekan ini.

Semua mata sekarang beralih ke laporan Penggajian Non-Pertanian (NFP) AS yang akan dirilis pada Jumat, dengan para ekonom memperkirakan 250.000 pekerjaan telah ditambahkan bulan lalu, dibandingkan dengan 315.000 pada Agustus.

Di tempat lain, yen terakhir dibeli 145,04 per dolar, mendekati level terendah 24 tahun di 145,90 yang dicapai bulan lalu yang mendorong intervensi oleh otoritas Jepang untuk menopang mata uang yang rapuh.

"Kami sudah lama berargumen bahwa intervensi bukanlah cara yang efektif untuk mengubah tren mata uang ... kami rasa pemicu intervensi baru adalah pelemahan drastis yen yang tiba-tiba," kata Catril.

Baca juga: Wall Street ditutup jatuh, Indeks Dow Jones anjlok hingga 346 poin

Kiwi naik 0,04 persen menjadi 0,5657 dolar AS dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan pertama sejak Agustus, setelah melihat beberapa dukungan dari bank sentral Selandia Baru (RBNZ) yang sama hawkish setelah menaikkan suku bunga acuannya sebesar 50 basis poin yang diperkirakan secara luas pada Rabu (5/10/2022), dan berjanji lebih banyak lagi yang akan datang.

Aussie diperdagangkan 0,05 persen lebih tinggi pada 0,6414 dolar AS.

Sementara Bank Sentral Australia (RBA) pada Selasa (4/10/2022) mengejutkan pasar dengan menaikkan suku bunga 25 basis poin, lebih kecil dari perkiraan, ia menambahkan bahwa pengetatan lebih lanjut masih diperlukan.

Dalam tanda lain bahwa bank sentral di seluruh dunia masih jauh dari selesai dalam perjuangan mereka untuk menjinakkan inflasi yang tinggi selama beberapa dekade, para pembuat kebijakan Bank Sentral Eropa tampak semakin khawatir pada pertemuan mereka bulan lalu bahwa inflasi yang tinggi dapat mengakar, membuat pengetatan kebijakan yang agresif diperlukan meskipun pertumbuhan menjadi lebih lemah.

Baca juga: Ketua IMF soroti "perubahan mendasar" dalam ekonomi global

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2022