Kuala Lumpur (ANTARA) - Malaysia pada Jumat mengumumkan anggaran yang lebih kecil untuk 2023 dan memperingatkan perlambatan ekonomi, tetapi dengan kemungkinan pemilihan nasional sebentar lagi, juga mengumumkan bantuan langsung tunai dan pemotongan pajak.

Pemerintahan Perdana Menteri Ismail Sabri Yaakob diperkirakan akan mengajukan anggaran yang cukup ekspansif dan menawarkan insentif bagi para pemilih setelah ia meningkatkan prospek pemilihan awal yang akan diadakan tahun ini.

Tetapi penurunan pengeluaran yang direncanakan untuk 2023 menggarisbawahi tekanan fiskal yang dihadapi Malaysia dari penurunan pendapatan dan kenaikan biaya subsidi.

Dalam laporan prospek ekonomi dan fiskal yang dirilis menjelang pidato anggaran menteri keuangan di parlemen, pemerintah mengatakan mengambil pendekatan hati-hati untuk 2023 yang "menantang" karena ketegangan politik, meningkatnya inflasi global, pengetatan kondisi keuangan dan gangguan rantai pasokan.

“Anggaran 2023 bertujuan untuk memberikan kondisi yang menguntungkan dan memastikan keseimbangan antara kebutuhan ekonomi dan konsolidasi fiskal,” kata Menteri Keuangan Tengku Zafrul Aziz dalam laporan prospek fiskal.

Malaysia akan mengembangkan kebijakan yang tepat untuk mengatasi guncangan eksternal, katanya.

Dalam dua laporan tersebut, pemerintah merevisi perkiraan produk domestik bruto (PDB) 2022 menjadi 6,5 persen-7,0 persen dari kisaran sebelumnya 5,3 persen hingga 6,3 persen, tetapi memperkirakan pertumbuhan akan melambat tahun depan menjadi 4 persen-5 persen.

Permintaan domestik yang kuat, proyek infrastruktur baru dan yang sedang berlangsung, dan sektor jasa yang dinamis akan mengimbangi beberapa risiko dari perlambatan global, katanya.

Pemerintah berencana untuk membelanjakan 372,3 miliar ringgit (80,08 miliar dolar AS) pada 2023, turun dari perkiraan 385,3 miliar ringgit tahun ini, menurut laporan tersebut.

Pendapatan terlihat menurun 4,4 persen menjadi 272,6 miliar ringgit pada 2023, sementara defisit fiskal kemungkinan akan menyempit menjadi 5,5 persen dari PDB dari proyeksi 5,8 persen tahun ini, kata laporan tersebut.

Dalam pidato anggarannya di parlemen, Zafrul mengatakan pemerintah akan mengalokasikan 10,3 miliar ringgit (2,22 miliar dolar AS) dalam bentuk tunai dan bantuan kesejahteraan untuk rumah tangga berpenghasilan rendah. Dia juga mengatakan tarif pajak penghasilan akan turun 2 poin persentase.

Malaysia mengatakan sedang memulai tinjauan pengeluaran publik dan rencana untuk mengurangi pengeluaran subsidi untuk kelompok sasaran yang rentan guna mengkonsolidasikan posisi fiskalnya.

“Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menjaga kehati-hatian dan disiplin fiskal guna menjamin kesinambungan fiskal dalam jangka panjang,” katanya.

Subsidi yang ditargetkan akan diterapkan secara bertahap pada 2023, katanya, seraya menambahkan bahwa mereka mengharapkan untuk menghabiskan 42 miliar ringgit untuk subsidi dan bantuan sosial tahun depan, lebih rendah dari rekor tahun ini 77,7 miliar ringgit.

Baca juga: Bank sentral Malaysia tahan suku bunga tidak berubah pada tiga persen

Baca juga: Pertumbuhan ekonomi Malaysia kuartal kedua 4.9 persen

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022