Dari sudut penyakit menular ada tujuh hal yang harus kita waspadai bersama
Jakarta (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan ada sejumlah penyakit menular yang harus diwaspadai oleh masyarakat selama musim hujan yang disertai dengan genangan di beberapa daerah di Jakarta.

Penyakit seperti diare, demam berdarah dengue, leptospirosis, Infeksi Saluran Pernapasan Akut, dan penyakit kulit dapat muncul di tengah masyarakat selama musim hujan.

"Dari sudut penyakit menular ada tujuh hal yang harus kita waspadai bersama," kata Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu dalam siaran resmi, Jumat.

Tjandra menjelaskan penyakit diare punya kaitan erat dengan kebersihan individu. Ketika hujan menimbulkan banjir di berbagai daerah, maka sumber-sumber air minum masyarakat, khususnya sumber air minum dari sumur dangkal akan banyak ikut tercemar.

Baca juga: Jangan kendor cuci tangan & olahraga walau pandemi sudah 9 bulan

Di sisi lain, akan ada pengungsian saat banjir di mana fasilitas dan sarananya terbatas, termasuk soal ketersediaan air bersih. Keterbatasan air bersih berpotensi menimbulkan penyakit diare disertai penularan yang cepat.

Untuk melindungi diri dari risiko penyakit diare, dia menganjurkan masyarakat untuk membiasakan cuci tangan dengan sabun setiap akan makan atau minum serta sehabis buang hajat dan membiasakan merebus air minum hingga mendidih setiap hari.

Selain itu, masyarakat diimbau menjaga kebersihan lingkungan, hindari tumpukan sampah di sekitar tempat tinggal, serta tidak lupa menghubungi segera petugas kesehatan terdekat bila ada gejala-gejala diare.

Hal kedua yang harus diwaspadai adalah banyak genangan akibat hujan, membuat nyamuk aedes aegypti yaitu nyamuk penular penyakit demam dengue lebih kondusif untuk berkembang biak.

"Karena itu diingatkan kembali tentang gerakan 3 M yaitu mengubur kaleng-kaleng bekas, menguras tempat penampungan air secara teratur dan menutup tempat penyimpanan air dengan rapat," kata Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara itu.

Baca juga: Jakarta Selatan waspadai penyakit musim hujan

Hal ketiga yang harus diwaspadai adalah penyakit leptospirosis yang disebabkan oleh bakteri Leptospira. Penyakit ini ditularkan melalui kotoran dan air kencing tikus.

Pada musim hujan, terutama saat terjadi banjir, tikus-tikus yang tinggal di liang-liang tanah akan ikut keluar menyelamatkan diri. Tikus tersebut akan berkeliaran di sekitar manusia di mana kotoran dan air kencingnya akan bercampur dengan air banjir.

Seseorang yang memiliki luka, kemudian bermain atau terendam air banjir yang sudah tercampur dengan kotoran dan kencing tikus yang mengandung bakteri lepstopira, berpotensi terinfeksi dan akan jatuh sakit.

Langkah mengantisipasi penyakit leptospirosis adalah menjaga kebersihan agar tak ada tikus berkeliaran, tidak bermain air saat banjir, terutama jika memiliki luka, serta memakai pelindung seperti sepatu jika terpaksa harus ke daerah banjir.

Baca juga: Musim hujan, waspadai demam dengue

"Segera berobat ke sarana kesehatan bila sakit dengan gejala panas tiba-tiba, sakit kepala dan menggigil," pesan dia.

Hal kelima yang patut diwaspadai adalah peningkatan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA), kemudian peningkatan penyakit kulit, baik berupa infeksi, alergi atau bentuk lain.

Penyakit kulit disebabkan oleh kebersihan tubuh yang tidak terjaga baik, terutama dalam situasi banjir. Penyakit ketujuh yang perlu diantisipasi adalah penyakit cerna lain, misalnya demam tifoid.

Mantan dirjen pengendalian penyakit serta kabalitbangkes Kemenkes ini mengatakan masyarakat juga perlu mengantisipasi perburukan penyakit kronik yang mungkin memang sudah diderita.

"Hal ini terjadi karena penurunan daya tahan tubuh akibat musim hujan berkepanjangan, apalagi bila banjir terjadi sampai berhari-hari," tutup Tjandra.

Baca juga: Dokter ingatkan masyarakat jaga daya tahan tubuh di tengah musim hujan

Baca juga: Musim hujan pancaroba tiba, waspadai demam berdarah

Baca juga: Waspadai penyakit anak di musim hujan

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022