Paris (ANTARA) - Rencana penghematan energi Prancis akan menelan biaya sebesar 800 juta euro (sekitar Rp11,78 triliun),  demikian disampaikan oleh Menteri Transisi Energi Prancis Agnes Pannier-Runacher pada Kamis (6/10).

Pannier-Runacher juga memaparkan langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah Prancis.

Berdasarkan rencana tersebut, penerangan umum di jalan-jalan akan dinyalakan untuk waktu yang lebih singkat dan dengan sedikit lebih redup.

Perusahaan-perusahaan bakal diharuskan berkomitmen untuk mematikan lampu di gedung-gedung yang tidak berpenghuni, dan penerapan ketentuan bekerja di rumah (work from home) akan didorong di sektor administrasi publik.

Sementara itu, tunjangan kerja jarak jauh bagi para pegawai negeri akan dinaikkan sebesar 15 persen.

Sistem pemanasan, menurut rencana itu, harus diturunkan di kantor, kolam renang, dan pusat kebugaran, sementara penggunaan air panas harus dikurangi di kantor-kantor. Selain itu, aktivitas berbagi tumpangan juga akan digalakkan.

Di tengah konflik Rusia-Ukraina dan perubahan iklim, penghematan energi di Prancis merupakan masalah "mendesak" dan "perlu ada tindakan yang dilakukan," kata Pannier-Runacher.

Ia menambahkan bahwa target yang hendak dicapai adalah menjadi bebas bahan bakar fosil.

"Perjuangan ini tidak akan berhenti pada musim dingin 2022-2023 ini," katanya.

Ia kembali menyerukan semua pihak terkait, yakni perusahaan dan publik, bergerak mengurangi konsumsi energi mereka agar negara dapat mencapai pengurangan konsumsi energi sebesar 10 persen pada 2024 dan mencapai netralitas karbon pada 2050.
 
   Pemerintah Prancis meluncurkan situs baru EcoWatt, yang memungkinkan masyarakat, perusahaan, dan otoritas lokal untuk melacak konsumsi listrik negara secara waktu nyata dan menerima peringatan yang relevan. 


Pannier-Runacher juga menyampaikan kampanye komunikasi rencana penghematan energi, yang menyerukan upaya untuk mengurangi konsumsi energi dilakukan secara invidual maupun kolektif. 

"Penghematan energi adalah salah satu kunci untuk menjamin pasokan, ini adalah janji untuk kedaulatan kita, ini adalah kesempatan bagi daya beli kita, ini adalah dasar bagi transisi ekologis," kata Perdana Menteri Prancis Elisabeth Borne.

Dengan adanya rencana penghematan energi itu, Prancis akan melewati musim dingin tahun ini "tanpa pemadaman listrik" dan akan mampu "membangun masyarakat yang lebih bijaksana dan bebas karbon," kata Borne.
 
   Pada Rabu (5/10), Komisi Regulasi Energi Prancis (CRE) mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa cadangan gas strategis Prancis saat ini lebih dari 99 persen terisi penuh, level tertinggi yang dicapai dalam beberapa tahun terakhir


Menurut CRE, angka tersebut setara dengan dua pertiga dari konsumsi musim dingin perusahaan kecil dan individu. 

Pewarta: Xinhua
Editor: Tia Mutiasari
Copyright © ANTARA 2022