Jakarta (ANTARA) - Sejumlah mantan pemain Persib Bandung lintas angkatan dan komunitas sepak bola Bandung menggelar doa bersama untuk korban tragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan yang menewaskan 131 orang.

Dalam kegiatan doa bersama itu, hadir Komisaris Utama PT Persib Bandung Bermartabat (PBB) Zainuri Hasyim, Komisaris PT PBB Umuh Muchtar, dan pemain Persib era 1980-an Djajang Nurdjaman.

Komisaris Utama PT PBB Zainuri Hasyim, dikutip dari laman resmi klub, Jumat, berharap tragedi Kanjuruhan menjadi pelajaran bagi seluruh pihak, termasuk klub yang dijuluki Pangeran Biru itu.

"Persib sangat memperhatikan keamanan dan kenyamanan stadion. Karena kita ingin semua bisa nonton nyaman, termasuk nonton sekeluarga bareng anak. Itu yang harus kita edukasi lagi," ujarnya.

Sementara itu, Komisaris PT PBB Umuh Muchtar menyampaikan bahwa tragedi memilukan yang terjadi usai laga Arema FC kontra Persebaya Surabaya merupakan duka bersama, bukan hanya Arema.

Baca juga: Kala dunia heningkan cipta untuk korban Tragedi Kanjuruhan

Atas nama Persib, Umuh menyampaikan duka cita dan bela sungkawa bagi korban, dan berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kekuatan.

"Persib dan kita semua berduka. Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan bisa tabah," katanya.

Tragedi Kanjuruhan menelan korban sebanyak 131 orang, dua di antaranya anggota polisi usai laga Arema FC selaku tuan rumah yang dikalahkan Persebaya dengan skor 3-2 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10) lalu.

Sebenarnya laga tersebut hanya ditonton Aremania, suporter Arema, namun terjadi kericuhan setelah suporter turun ke lapangan yang berbuntut ditembakkannya gas air mata oleh polisi hingga menyebabkan kepanikan dan penumpukan penonton.

Akibatnya, 131 penonton tewas akibat sesak nafas dan terinjak-injak setelah menumpuk dan berdesak-desakan di pintu keluar yang masih tertutup.

Baca juga: Kapolri sebut ada 11 tembakan gas air mata dalam tragedi Kanjuruhan
Baca juga: TGIPF terima masukan suporter sepakbola soal usut tragedi Kanjuruhan
 

Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022