Jakarta, (ANTARA News) - Laju kerusakan hutan di wilayah Asia Pasifik adalah yang tercepat di dunia di mana setiap dua detik hutan seukuran lapangan sepak bola hancur. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Forest Watch Indonesia (LSM peduli lingkungan) Christian Poerba di Jakarta, Rabu (12/4). Dia mengatakan hutan alam yang berada di bawah ancaman terbesar adalah hutan-hutan firdaus yaitu rangkaian hutan yang menghijau di Asia Tenggara yang membentang di kepulauan Indonesia dan berlanjut hingga ke Papua Nugini dan kepulauan Solomon di Pasifik. "Sebagian besar hutan utuh di Indonesia telah ditebangi, sekitar 72 persen hutan di Indonesia telah habis, yang tersisa hanya di Papua. Sementara itu 60 persen hutan di Papua Nugini pun bernasib sama," katanya. Laporan Greenpeace menyebutkan bahwa laju deforestasi atau perusakan hutan di Indonesia adalah yang tertinggi di dunia mencapai paling tidak 1,9 juta hektar dalam lima tahun terakhir, 2000 hingga 2005, jika dihitung secara konservatif sedangkan fakta di lapangan diperkirakan dapat mencapai 2,8 juta hektar per tahun. Menurut dia, pembalakan liar di sepanjang bentangan hutan firdaus itu telah mengakibatkan rusaknya lingkungan serta mendorong percepatan punahnya tumbuhan dan hewan dalam jumlah yang mencengangkan. Indonesia adalah tempat tinggal dari 10 persen keanekaragaman hayati, kerusakan hutan mengakibatkan orangutan, gajah, macan, badak dan lebih dari 1.500 spesies burung dan ribuan spesies tumbuhan terancam punah. Hutan tersebut juga merupakan rumah bagi 50 juta masyarakat adat yang hidup turun temurun dan mengelola hutan Indonesia selama ribuan tahun tanpa merusaknya namun kegiatan industri saat ini justru telah membuka sebagian besar tutupan hutan asli Indonesia. Di Indonesia diperkirakan 70 hingga 80 persen penebangan adalah penebangan liar. Sisa Hutan Pada kesempatan itu Christian juga menjelaskan situasi terakhir di papua. Menurut dia, luas hutan alam yang relatif tidak tersentuh manusia di pulau Papua (Indonesia dan Papua Nugini) adalah 34,9 juta hektar sedangkan kawasan konsesi hutan sebesar 31,2 juta hektar. "Antara hutan alam dan kawasan konsesi ada yang tumpang tindih sehingga setelah di `overlap` ternyata sisa hutan alam yang relatif aman hanya 20,8 juta hektar," katanya. Sedangkan khusus untuk Papua wilayah Indonesia, kata dia, hutan alam yang relatif aman hanya sekitar 17,9 juta hektar yang setelah di `overlap` dengan kawasan konsesi hanya tersisa 13,8 juta hektar. "13,8 juta hektar itu artinya hanya sekitar 30 persen dari luas seluruh hutan Papua di Indonesia yaitu 39,6 juta hektar," katanya. Mengingat tiap konsesi Hak Penggunaan Hutan (HPH) pada umumnya berjangka waktu antara 20 sampai 30 tahun, kata dia, maka jika tidak ada tindakan untuk menyelamatkan hutan, hutan di Indonesia pada 20 atau 30 tahun mendatang hanya tersisa 13,8 juta hektar. "Itupun kalau tidak ada ijin konsesi baru," katanya.(*)

Copyright © ANTARA 2006