Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengembangkan varietas unggul tebu yang mengandung sukrosa tinggi dan tahan terhadap hama untuk meningkatkan produktivitas usaha tani tebu dan produksi gula dalam negeri.

"Targetnya adalah varietas unggul tebu untuk pengembangan di lahan marginal dengan kriteria produksi hablurnya di atas delapan ton per hektare, tahan kepras, dan tahan hama penyakit utama," kata peneliti Pusat Riset Hortikultura dan Perkebunan BRIN Bambang Heliyanto saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Senin.

Penyakit utama yang menginfeksi tebu antara lain luka api, Ratoon Stunting Disease (RSD), dan mosaik atau Sugarcane Streak Mosaik Virus (SCSMV), yang dapat menurunkan produksi maupun kualitas nira yang dihasilkan tebu.

BRIN juga mengembangkan varietas tebu yang tahan kondisi marginal, yakni lahan kering, salin dan rawa.

Tanah salin adalah tanah yang mengandung garam terlarut netral dalam jumlah tertentu yang berpengaruh buruk terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman.

Bambang menuturkan saat ini Indonesia merupakan negara pengimpor gula terbesar di dunia, dengan nilai impor setara Rp30 triliun per tahun.

Ke depan, tren kebutuhan gula untuk konsumsi dan industri akan meningkat seiring dengan proyeksi pertambahan penduduk di masa mendatang, sehingga produksi dan produktivitas gula nasional harus ditingkatkan melalui pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas unggul tebu.

"Riset tebu ke depan adalah tantangan bagi pemulia untuk menghasilkan varietas unggul sekelas wonder cane POJ 2878," tuturnya.

Oleh karena itu, ia menuturkan untuk menghasilkan inovasi varietas unggul tebu berkelas dunia tersebut, diperlukan sinergi dan kolaborasi antarpemangku kepentingan termasuk peneliti, akademisi, pemerintah dan industri.

Baca juga: Penerapan SRG gula diharapkan tingkatkan kesejahteraan petani tebu

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2022