Jakarta (ANTARA) - Ramai kasus kebocoran data Bjorka, ISACA Indonesia mengungkapkan bahwa keamanan data adalah tanggung jawab seluruh pihak termasuk pengguna.

“Memang ini menjadi tantangan besar ya buat kita semua. Karena memang pengelolaan data itu sendiri tidak hanya di satu pihak,” kata Harun Al Rasyid selaku Vice President ISACA Indonesia saat dijumpai di Jakarta Pusat, Rabu.

“Kadang semua orang melihat ke unit TI, unit IT gitu ya. Seakan akan mereka yang bertanggung jawab atas kebocoran data. Padahal, namanya sistem elektronik itu titiknya banyak sekali. Tidak hanya dari TI tapi juga user,” tambahnya.

Lebih lanjut, Harun juga menjelaskan bahwa mengunduh aplikasi tidak dikenal, membuka link atau menjawab pesan tidak dikenal merupakan salah satu hal yang dapat mengakibatkan kebocoran data.

“Mungkin banyak banget teknik-teknik hacking atau pembobolan data, pembobolan sistem segala macam itu trigger-nya dari user saat mereka mendownload sesuatu yang tidak dikenal, saat membuka link yang tidak dikenal, saat mereka menjawab chat atau email dengan ceroboh,” katanya.

“Itu yang rasanya jadi tanggung jawab bersama. Mungkin PR besarnya adalah membangun awareness dan kompetensi dari semua pihak untuk bisa menyadari bahwa ini adalah tanggung jawab besar yang perlu kita jaga, perlu kita upayakan bersama,” imbuhnya.


Tips menghindari kebocoran data

Agar tak terjadi kebocoran data, Harun pun memaparkan beberapa tips yang bisa dilakukan oleh masyarakat. Yang paling utama menurut Harun adalah jangan mudah percaya dengan informasi apapun dan siapapun.

“Yang pertama sih memang harus lebih aware, lebih hati-hati dalam berinteraksi. Jangan mudah percaya lalu selalu bicara verify, verify, verify. Jadi selalu me-validasi undangan yang hadir secara elektronik apapun channel-nya. Mau di email, whatsapp atau apapun itu bentuknya,” jelas Harun.

“Jangan mudah percaya dengan apapun info yang ada di situ. Kadang-kadang ada info mengenai keluarga yang sakit, ada yang dapat promosi, hadiah segala macam, itu yang kadang-kadang mentrigger kita untuk melakukan pemberian data. Akhirnya terjadi pencurian data di situ,” sambungnya.

Terakhir, Harun juga mengimbau masyarakat untuk banyak membaca literasi digital. Dengan demikian, masyarakat pun lebih memahami bagaimana memproteksi diri saat berinteraksi di internet.

“Selain itu banyak membaca literasi untuk memperkaya diri sendiri tentang bagaimana memproteksi diri kita saat berinteraksi di internet lalu bagaimana kita aware terhadap teknik-teknik penipuan yg semakin berkembang, semakin canggih,” pungkasnya.

Baca juga: ISACA Indonesia gelar GRACS Summit 2022 hari ini


Baca juga: GRACS Summit 2022 soroti pentingnya "digital trust"

Baca juga: Pakar: Peretasan Bjorka momentum untuk libatkan talenta keamanan siber


Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2022