Jakarta (ANTARA) - Kasubdit Tata Laksana Produsen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Ujang Solihin Sidik menekankan bisnis dan lingkungan harus berjalan beriringan sesuai prinsip ekonomi berkelanjutan, sebab bisnis takkan bisa bertahan lama tanpa memperhatikan lingkungan.

"Maka, sinergi profit dan planet itu penting," kata Ujang di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan pemerintah selalu menekankan bahwa industri memegang peranan penting dalam mengimplementasikan praktik usaha yang bertanggung jawab.

KLHK pun secara konsisten mendorong pelaku usaha untuk bertanggung jawab dalam mengelola bisnisnya sebagaimana dipersyaratkan dalam Permen LHK Nomor 75 Tahun 2019 tentang Peta Jalan Pengurangan Sampah oleh Produsen.

Baca juga: Ekonomi sirkular potensi hasilkan PDB hingga Rp638 triliun pada 2030

KLHK juga ingin mengajak seluruh elemen masyarakat untuk lebih peduli dan terus berpartisipasi aktif dalam memelihara lingkungan, terutama kaitannya dengan pengelolaan sampah.

"Ini saatnya kita harus bekerja bersama, sudah saatnya berkolaborasi," katanya.

Pengelolaan sampah erat kaitannya dengan ekonomi sirkular, model industri baru yang berfokus pada pengurangan sampah (reduce), penggunaan kembali (reuse) dan daur ulang (recycle) yang mengarah pada pengurangan konsumsi sumber daya primer dan produksi limbah.

Koordinator Bidang Pembangunan Rendah, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Anggi Putri Pertiwi mengatakan ekonomi sirkular sebagai model ekonomi hendaknya mengoptimalkan penggunaan sumber daya, mendesain produk agar memiliki daya guna selama mungkin, dan mengembalikan sisa proses produksi dan konsumsi ke dalam siklus produksi.

Ekonomi sirkular tak hanya mengenai pengelolaan limbah melalui praktik daur ulang, tetapi juga tentang efisiensi sumber daya, mencakup serangkaian intervensi di seluruh rantai pasok yang berdampak tidak hanya pada aspek lingkungan tapi juga ekonomi dan sosial.

"Pemerintah akan terus mendukung dan terus bersinergi dengan semua pemangku kepentingan agar upaya dalam mengurangi jumlah sampah plastik yang masuk ke lautan sebesar 70 persen di tahun 2025 dapat terwujud," kata Anggi.

Baca juga: ITDC Utilitas kembangkan zona hijau energi di Bali jelang KTT G20

Baca juga: Mahasiswa ITB buat pembalut ramah lingkungan

Baca juga: BI: Pertahankan kemajuan ekonomi tanpa merusak keseimbangan planet

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2022