Jakarta (ANTARA) - Ahli oftalmologi (ilmu penyakit mata) dan guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Nila Djuwita Faried Anfasa Moeloek mengatakan kacamata dapat menjadi alternatif bantuan bagi anak pengidap katarak kongenital.

“Lensa membantu fokuskan (cahaya) ke makula. Terdapat tiga pilihan setelah melakukan operasi (katarak kongenital), yaitu dengan pasang lensa (langsung ke mata), contact lens, dan kacamata. Menurut saya, kacamata adalah pilihan paling aman bagi anak,” kata Prof. Nila saat ditemui di Jakarta, Kamis.

Lebih lanjut, terdapat beberapa pertimbangan terkait pilihan yang cocok bagi anak. Untuk kacamata, dirasa cocok karena anak usia dini cenderung aktif. Dengan kacamata, diharapkan mampu mengurangi iritasi mata ketika anak tidak sengaja mengusap tangan ke mata, dan sebagainya.

Baca juga: Kacamata hitam lindungi Anda dari paparan sinar UV?

“Namun, kalau pakai kacamata, harus rutin diperiksakan karena plus (mata)nya juga akan turun, sesuai dengan perkembangan anak,” kata Menteri Kesehatan periode 2014-2019 tersebut.

Di sisi lain, Prof. Nila juga menguraikan beberapa pilihan lainnya. Untuk lensa kontak, bisa dilakukan, namun, dengan catatan orang tua dan anak mampu menjaga kebersihan dan berhati-hati dalam penggunaannya.

“Sementara untuk pasang lensa juga menjadi sulit karena ukurannya (mata) terus berubah. Operasi mata pun cuma bisa dilakukan sekali,” kata dia.

Adapun gejala awal katarak kongenital pada anak-anak biasanya terlihat pada pupil yang berwarna putih.

Penyebabnya antara lain infeksi intra uterin dari ibu hamil ke janin yang merupakan genetik diturunkan dari orang tua, penyakit metabolik pada janin, dan atau kelainan mata lainnya.

Penyembuhan yang disarankan adalah operasi sedini mungkin begitu anak didapati mengalami katarak kongenital. Teknik operasinya sendiri sangat berbeda dengan teknik operasi katarak pada orang dewasa.

“Operasi katarak harus dilakukan segera, jangan terlambat. Setelah itu diikuti dengan terapi, rehabilitasi visual. Kacamata khusus ini harus segera diberikan agar anak dapat melihat lebih jelas dan mencegah amblyopia atau mata malas,” paparnya.

Baca juga: Kemenkes: Penyebab kebutaan tertinggi di Indonesia adalah katarak

Baca juga: Dokter: Katarak bisa jadi penyebab kebutaan tapi bisa disembuhkan

Baca juga: Kemenkes: 81 persen kebutaan di Indonesia karena katarak

Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2022