Kita hidup untuk merayakan kehidupan untuk menghidupi kedamaian dan keadilan.
Jakarta (ANTARA) - Sekretaris Eksekutif Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI) Pdt. Jimmy Sormin memandang perlu membangun budaya digital yang baik di kalangan pemuda untuk menghindari perpecahan.

"Rekam jejak sulit dihapus kalau sudah terlempar di digital. Oleh karena itu, kita perlu membangun budaya digital yang baik di kalangan pemuda atau kalangan pengguna gadget," kata Jimmy dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, para pengguna gadget atau media sosial perlu didorong ketika menyampaikan narasi-narasi kepada publik adalah narasi yang sifatnya bukan destruktif, melainkan narasi konstruktif yang bersifat mendidik, membangun, dan memotivasi.

"Jadi, optimisme yang dibangun, bukan pesimisme, bukan yang sifatnya destruktif atau memecah belah dan lain sebagainya. Optimisme itu harus dibangun setelah mereka cerdas bermedia sosial dan tahu juga misi apa yang harus dibawa dalam media sosial itu," ucapnya.

Selain itu, Jimmy mendorong peran para tokoh, baik agama maupun masyarakat, untuk turut serta menularkan dan mengarahkan umatnya dengan budaya optimisme, cerdas dalam bermedia sosial, dan mencintai kehidupan bersama.

Jimmy mengatakan bahwa tokoh agama perlu menyampaikan bahwa hidup sebagai manusia ini adalah hidup yang memiliki kemanfaatan.

"Kita hidup untuk merayakan kehidupan untuk menghidupi kedamaian dan keadilan. Oleh karena itu, klarifikasi dan pengetahuan tentang dunia digital harus dimiliki oleh warga atau umat beragama," ucap Jimmy.

Baca juga: Akademisi sebut ASN perlu pahami budaya digital
Baca juga: Wakil Ketua MPR: Peningkatan literasi digital percepat ekonomi tumbuh


Ia menganggap penting bagi masyarakat untuk memahami dan menyadari apakah sebuah informasi tersebut layak untuk dibagikan atau justru harus berhenti untuk dirinya sendiri. Masyarakat harus cerdas untuk melakukan klarifikasi atas informasi yang diterima.

"Klarifikasi atau mencari informasi yang sejelas-jelasnya ini tentunya sesuatu yang menjadi kewajiban kita untuk mengetahui sesuatu secara valid, harus mengetahui sesuatu itu dengan terang, apakah benar itu apa adanya atau ada apanya. Tentunya itu yang harus kita ketahui dahulu," katanya menjelaskan.

Jimmy menekankan pentingnya sikap sabar dan cermat dalam penggunaan media sosial.

"Sebelum mengganggu dan merugikan diri sendiri atau orang lain, kita perlu mengetahui lebih dahulu kebenaran sebuah berita atau kejadian. Ini membutuhkan kesabaran dan kecermatan," kata Jimmy.

Dalam konteks kekristenan, Jimmy mengungkapkan ada penekanan sebagaimana disebutkan dalam ayat atau bagian dalam Alkitab agar tidak terjadi fitnah serta perkataan kebohongan yang justru merusak kehidupan dan kemaslahatan umat serta bangsa.

"Hal-hal yang sifatnya fitnah, merusak yang merusak bisa menjadi dosa bagi umat beragama. Itu merugikan orang lain dan diri sendiri, juga mengganggu kehidupan bersama," kata Jimmy.

Baca juga: World Bank ajak anak muda terlibat aktif buat perubahan budaya digital

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2022