Karena perempuan mempunyai peran yang luar biasa yg tidak hanya menggerakkan untuk keluarganya tapi untuk komunitas masyarakat, bahkan ada yg memimpin di kampung atau desanya
Jakarta (ANTARA) - Council of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menyoroti peran strategis petani perempuan kelapa sawit untuk pembangunan perdesaan dan keberlanjutan melalui kampanye digital.

“Karena perempuan mempunyai peran yang luar biasa yg tidak hanya menggerakkan untuk keluarganya tapi untuk komunitas masyarakat, bahkan ada yg memimpin di kampung atau desanya,” kata Sekretaris Jenderal CPOPC, Rizal Affandi Lukman dalam "media briefing" di Jakarta, Jumat.

Kampanye digital bernama Elaeis Women tersebut, kata dia,  juga memanfaatkan momentum Hari Perempuan Pedesaan Sedunia pada 15 Oktober.

Ia menjelaskan bahwa kegiatan kampanye digital tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan peran petani perempuan kelapa sawit dalam pembangunan di perdesaan dan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).

Baca juga: P3PI: Penting lindungi pekerja perempuan di perkebunan sawit

Baca juga: ILO fokus tingkatkan peran perempuan di sektor perikanan dan sawit

Baca juga: RSPO: Pekerja perempuan di perkebunan sawit perlu payung hukum

 

Kegiatan tersebut juga berupaya menunjukkan bentuk-bentuk praktik pemberdayaan perempuan di sektor pertanian, dalam hal ini industri kelapa sawit, menyediakan banyak ruang dan peluang bagi perempuan berkontribusi dalam pembangunan di wilayah perdesaan.

“Gerakan digital ini merupakan upaya CPOPC dalam menjalankan amanat salah satu tugas CPOPC sesuai piagam pendirian yaitu meningkatkan kesejahteraan petani kelapa sawit” katanya.

Dikemukakannya bahwa petani adalah salah satu mata rantai pemasok utama industri kelapa sawit di mana pun dan siapapun negara pengekspor sawit. Data dari Badan Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) menyebutkan bahwa sektor pertanian yang dijalankan oleh para petani menopang kehidupan 2,5 miliar orang di seluruh dunia.

Perempuan menjadi kelompok yang mengisi 40 persen tenaga kerja khusus di sektor pertanian di negara berkembang dimana 20 persen berada di wilayah Amerika Latin dan 60 persen di beberapa bagian di Afrika dan Asia. Tetapi perempuan dengan kepemilikan tanah kurang dari 20 persen dengan jam kerja 12-13 jam lebih lama setiap minggu dari laki-laki.

“Oleh karena itu, CPOPC menyampaikan pandangan mereka melalui platform media sosial, sebagai media mainstream dunia, kepada para pengambil kebijakan perdagangan dan kelompok konsumen agar lebih berimbang melihat sawit dari berbagai sisi keberlanjutan yang diantaranya sudut pandang petani,” katanya.

Adapun kampanye digital tersebut berupa produksi video untuk konten media sosial mengenai kiprah 6 petani perempuan kelapa sawit dari Indonesia, Malaysia, Kolombia, Ghana, Honduras dan Papua Nugini.

Masing-masing narasumber tampil dalam video berdurasi sekitar dua dan lima menit. Ke-12 video yang telah diluncurkan pada Kamis (13/10) tersebut dapat ditonton melalui saluran YouTube CPOPC, demikian Rizal Affandi Lukman.


Baca juga: CPOPC ajukan keberatan ke Komisi Eropa atas tindakan anti sawit

Baca juga: CPOPC manfaatkan presidensi RI di G20 kampanye sawit berkelanjutan

Baca juga: Dubes RI inginkan Republik Kolombia jadi anggota CPOPC

Baca juga: CPOPC sampaikan keluhan ke WTO soal diskriminasi kontaminan sawit UE


Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Andi Jauhary
Copyright © ANTARA 2022