Jakarta (ANTARA) - Obligasi belakangan ini menjadi salah satu instrumen investasi yang digemari para kaum milenial, terutama yang mulai berupaya untuk mendapatkan pendapatan pasif atau passive income.

Banyaknya orang yang dirumahkan akibat pandemi COVID-19 mendorong permintaan atas aset pendapatan tetap, seperti obligasi, akibat keinginan untuk tetap mendapatkan penghasilan walaupun tidak bekerja.

Penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) merupakan salah satu cara pemerintah untuk mendapatkan dana dari investor, baik individu maupun institusi. Dana yang didapatkan kemudian akan digunakan untuk pembangunan negara lewat Anggaran Pemerintah Belanja Negara (APBN).

Di masa COVID-19 saat ini, pemerintah banyak melelang obligasi pemerintah untuk Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang diharapkan dapat menopang pemulihan ekonomi Indonesia. Obligasi negara yang diterbitkan oleh pemerintah hadir dalam dua mata uang, yakni Rupiah dan Dolar Amerika Serikat (AS).

Seluruh obligasi negara dengan denominasi Dolar AS yang sering disebut dengan INDON, akan memiliki tingkat kupon tetap atau fixed rate, yang berarti bahwa perubahan pada suku bunga acuan 7-Days Reverse Repo Rate (7DRRR) Bank Indonesia (BI) tidak akan memiliki pengaruh terhadap kupon obligasi INDON.

Sementara obligasi negara dengan denominasi Rupiah memiliki beberapa tipe, di antaranya Obligasi Ritel Indonesia (ORI)/Sukuk Ritel (SR), dan Fixed Rate (FR). Jenis obligasi tersebut paling sering diperdagangkan oleh investor di pasar sekunder.

Walaupun kupon tetap yang diberikan oleh ORI/SR dan FR mengacu pada suku bunga acuan BI, namun kupon itu tidak akan berubah hingga obligasi tersebut jatuh tempo.

Maka dari itu, investasi terhadap ORI/SR dan FR akan dapat memberikan pendapatan pasif yang atraktif bagi seorang investor. Alasannya, karena imbal hasil atau return yang didapat lebih tinggi dibandingkan suku bunga acuan BI dan karena kupon yang diterima tidak akan berubah selama tenor obligasi tersebut.

Terbaru, pemerintah menerbitkan ORI022 dengan masa penawaran yang dimulai sejak 26 September 2022 sampai 20 Oktober 2022 dan bisa dijual kembali di pasar sekunder. ORI022 memiliki tenor yang relatif pendek, yaitu tiga tahun dan memberikan kupon tetap sebesar 5,95 persen hingga jatuh tempo.

Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Luky Alfirman menegaskan seluruh dana yang terkumpul dari ORI022 akan digunakan untuk pemenuhan target pembiayaan dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat, termasuk pemulihan dari dampak pandemi COVID-19.

Pemerintah harus hadir untuk rakyatnya. Seluruh pembiayaan untuk pasien COVID-19 ditanggung oleh pemerintah, seperti penyediaan fasilitas untuk tenaga kesehatan, berupa alat pelindung diri (APD) dan obat-obatan, hingga pemberian berbagai insentif bagi dunia usaha. termasuk UMKM.

Selain itu, pemerintah juga membutuhkan dana untuk membiayai berbagai kebutuhan pascapandemi, salah satu caranya dengan memperdalam pasar keuangan dan memperluas basis investor domestik Indonesia melalui penerbitan SBN.

Dalam dua tahun terakhir, penerbitan SBN memang mayoritas dilakukan dengan cara ritel atau ditujukan kepada investor individu. Dengan makin banyaknya investor domestik, ekonomi Indonesia juga diharapkan lebih berdaya tahan.

Dibandingkan dengan instrumen investasi lainnya, ORI022 memiliki sejumlah kelebihan mulai dari terjamin keamanannya karena memiliki payung hukum, hingga dapat dibeli dengan mudah hanya dengan melalui ponsel pintar.

Berinvestasi ke obligasi ritel adalah pilihan yang cocok pula untuk masyarakat yang baru mau mencoba investasi lantaran aset ini tergolong ke dalam defensive investment, yaitu investasi yang bersifat aman atau minim risiko.

Selain itu, berinvestasi terhadap ORI022 juga secara langsung akan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia, fitur yang tidak dimiliki instrumen investasi lain.

Saat memulai investasi, sebuah bank menyarankan ada baiknya investor baru memasukkan dana secara bertahap dan mengusahakan investasi dilakukan untuk jangka waktu yang lebih panjang. Perlu juga diingat bahwa investasi yang dilakukan harus sesuai dengan profil risiko masing-masing.

Oleh karenanya, jangan sampai keputusan investasi yang diambil dipengaruhi oleh rasa FOMO (fear of missing out) yang memang seringkali menimbulkan kegalauan. Tidak disarankan pula untuk melakukan investasi jangka pendek pada instrumen yang memiliki fluktuasi tinggi, apalagi untuk masyarakat yang baru belajar berinvestasi karena risikonya yang tinggi.

Berinvestasi dilakukan dengan tujuan dan target yang jelas, serta hindari pula panic investment alias masuk sekaligus dalam jumlah besar saat harga turun atau langsung melepas seluruh posisi saat pasar berfluktuasi. Dengan pemahaman yang baik, maka akan berbanding lurus dengan kondisi keuangan.

Investasi pribadi sebenarnya sangat penting untuk meracik masa depan. Hal ini juga dianalogikan dengan peran utang pemerintah sebagai alat investasi untuk menjalankan fungsi penting dan mendesak.

Fungsi pertama pentingnya instrumen pembiayaan melalui utang adalah untuk menjaga momentum dan menghindari opportunity loss. Terdapat kebutuhan atas belanja negara prioritas yang tidak bisa ditunda, d​​​i antaranya, seperti investasi sumber daya manusia serta fasilitas kesehatan dan pendidikan, dimana penundaan belanja mengakibatkan biaya lebih besar di masa mendatang.

Instrumen pembiayaan pemerintah, terutama dalam bentuk SBN, digunakan juga sebagai benchmark bagi industri keuangan. SBN turut memiliki peran dalam menyediakan alternatif investasi bagi masyarakat dan membantu BI dalam kegiatan operasi moneter.

Dengan demikian, ORI022 dapat menjadi alternatif investasi yang aman dan menguntungkan bagi masyarakat.

ORI022 sebagai bagian dari SBN Ritel diharapkan dapat menjadi salah satu pilihan berharga bagi Warga Negara Indonesia dalam berinvestasi, dimana manfaatnya tidak hanya dirasakan oleh individu itu sendiri namun juga untuk masyarakat luas karena dananya akan langsung digunakan sebagai sumber pembiayaan APBN.

Adapun investasi ORI022 masih bisa dipesan saat ini secara daring mulai dari Rp1 juta hingga Rp5 miliar melalui 30 mitra distribusi yang telah di tunjuk oleh pemerintah.

 

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022