Blitar (ANTARA) - Direktur Utama Perum Jasa Tirta I, Raymond Valiant Ruritan menjelaskan pelepasan debit air di Bendung Lodoyo di Blitar, Jawa Timur tidak menyebabkan terjadinya banjir di wilayah setempat, termasuk di Sutojayan.

Menanggapi video yang beredar terkait banjir di Kecamatan Sutojayan sekaligus memperlihatkan Bendung Lodoyo (Bendung Serut) yang dibuka pintu airnya disertai kekhawatiran masyarakat bahwa ini yang menyebabkan banjir di Sutojayan, Raymond menegaskan pelepasan debit Bendung Lodoyo tidak menyebabkan banjir di daerah itu.

"Jadi, tidak berhubungan. Justru debit Kali Bogel yang masuk ke penampungan Sungai Brantas dan harus dikeluarkan bertahap dan terkendali dari Bendung Lodoyo," kata Raymond saat dikonfirmasi dari Blitar, Selasa.

Baca juga: BPBD Kabupaten Blitar evakuasi warga terdampak banjir

Ia menjelaskan kejadian banjir di Kecamatan Sutojayan akibat limpasan air dari salah satu anak Sungai Brantas, yakni Kali Bogel di Kecamatan Sutoyan, Kabupaten Blitar. 

Diperkirakan kejadian banjir yang melanda Kabupaten Blitar pada Senin (17/10) mulai pukul 03.00 WIB hingga pukul 05.00 WIB, yang disebabkan Kali Bogel mendapatkan aliran air yang luar bisa, setelah hujan yang terjadi sepanjang malam.

Pihaknya juga telah memantau curah hujah. Diketahui bahwa hujan yang mengguyur area Kali Bogel, anak Sungai Brantas cukup tebal dan airnya melampaui kapasitas dari Kali Bogel dan Sungai Bacem, Blitar sehingga meluap.

Ia menambahkan pelepasan debit di Bendung Lodoyo tersebut tidak menyebabkan banjir. Perum Jasa Tirta I telah koordinasi dengan berbagai pihak untuk pelepasan air yang dikeluarkan secara bertahap dan terkendali. Pada 17 Oktober 2022, sekitar jam 06.00 WIB sudah mencapai kondisi siaga hijau dan meningkat, karena debit air kurang lebih 900 meter kubik per detik.

Baca juga: Banjir Blitar yang merendam 710 rumah mulai surut

"Kami berusaha menstabilkan debit air yang melintas di Sungai Brantas, sehingga kami membuka Bendung Lodoyo secara bertahap, tidak tergesa-gesa, karena ada prosedurnya dengan memperhatikan keamanan hilirnya. Semua terkendali," kata dia.

Pihaknya juga prihatin atas banjir yang terjadi di Kabupaten Blitar, salah satunya di Kecamatan Sutojayan yang kondisinya terparah. Akibat banjir itu, 465 jiwa tinggal di pengungsian, 1.094 kepala keluarga terdampak. Selain rumah yang teredam air, banjir juga merusak kandang ternak warga. Sejumlah ternak juga mati.

Perum Jasa Tirta I, kata dia, juga koordinasi dengan Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jawa Timur dan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas untuk dapat membantu pengendalian banjir.

"Kami berusaha sebaik-baiknya dengan pemerintah untuk dapat mengendalikan banjir dan membatu meringankan beban dengan BUMN lain di Jatim," kata dia.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Blitar mengungkapkan banjir tersebut melanda lima kecamatan dengan 13 titik lokasi kejadian.

Banjir di Kabupaten Blitar juga melanda Kecamatan Binangun. Beberapa desa yang terdampak, antara lain Desa Salamrejo, Dusun Kedungjati di Desa Rejoso dan Desa Binangun.

Di Kecamatan Panggungrejo, banjir melanda Desa Kalitengah dan Desa Serang. Sedangkan di Kecamatan Sutojayan, banjir melanda Desa Sumberjo, Desa Bacem, Desa Kalipang, Lingkungan Gondanglegi di Kelurahan Sutojayan, Lingkungan Purworejo di Kelurahan Sutojayan, dan Lingkungan Sutojayan, Kelurahan Sutojayan.

Baca juga: Jembatan penghubung di Blitar runtuh diterjang banjir

Baca juga: Presiden dijadwalkan tinjau proyek pengendalian banjir di Blitar


Untuk Kecamatan Wonotirto, banjir terjadi di Pasar Ngeni, Desa Ngeni dan di Kecamatan Wates, banjir terjadi di Desa Tugurejo.

Banjir tersebut merendam rumah warga serta fasilitas umum. Bahkan, jembatan juga tidak bisa dilewati akibat banjir. Banjir yang terparah terjadi di Kecamatan Sutojayan dengan ketinggian sekitar satu meter.

BPBD Kabupaten Blitar sudah membuat posko pengungsian. Selain menempati aula Kelurahan Sutojayan, posko juga menempati fasilitas umum lainnya, seperti gedung pertemuan hingga rumah warga dengan jumlah pengungsi mencapai 465 jiwa.

Pewarta: Asmaul Chusna
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022