Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mulai menggerakkan peran para santri melalui Program Gerakan Santri Siaga Kependudukan guna mempercepat penurunan angka prevalensi stunting pada anak bangsa.

"Gerakan Santri Siaga Kependudukan merupakan wadah bagi para santri agar teredukasi sekaligus berperan langsung menyosialisasikan Program Bangga Kencana. Melalui Semangat 21-25 Keren, mengajak remaja lainnya melakukan pencegahan stunting dari hulu, dimulai dari menikah di usia ideal,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat Wahidin dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu.

Baca juga: FHUI-FKMUI berkolaborasi cegah stunting di Pandeglang Banten

Wahidin menuturkan Gerakan Santri Siaga Kependudukan merupakan salah satu upaya peningkatan wawasan kependudukan bagi para santri di pondok pesantren melalui ustadz-ustadz muda yang telah menyelesaikan workshop dan pelatihan oleh perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Barat.

Gerakan itu, juga merupakan bentuk kerja sama dengan Kementrian Agama Provinsi Jawa Barat, Pengurus Wilayah Nadhlatul Ulam (NU), dan Koalisi Kependudukan Indonesia Provinsi Jawa Barat untuk menciptakan generasi yang memiliki daya saing tinggi.

Baca juga: Vokasi UI edukasi cegah stunting dengan pantau pertumbuhan anak

Semua santri yang tergabung dalam gerakan tersebut, melakukan sosialisasi dan edukasi terkait stunting bersama Forum Generasi Berencana (Genre) melalui stand program “BKKBN Goes to Pesantren: Wujudkan Santri Menjadi Sumber Daya Manusia Jawa Barat Juara Lahir Batin” dalam Expo dan Festival Santri se-Jawa Barat di Gedung Pusat Dakwah Indonesia Bandung, Jawa Barat yang digelar pada tanggal 18-20 Oktober 2022.

Berbagai informasi dan edukasi terkait pencegahan stunting disebarluas melalui media leaflet, ragam tayangan video menarik serta interaksi dengan pengunjung serta permainan berhadiah merchandise dari BKKBN.

Baca juga: Makanan tradisional tingkatkan gizi dan turunkan stunting

Wahidin berharap, para santri dan remaja Genre bisa berperan dalam melakukan assesment calon pengantin baik menggunakan aplikasi Elsimil (elektronik siap nikah dan hamil), meningkatkan pengetahuan, maupun berperilaku sesuai prinsip gizi seimbang serta dibekali dengan pendidikan pola asuh orangtua hebat.

“Kelak para santri ini nanti tidak hanya menjadi orang berpengaruh, namun juga melahirkan dan mendidik generasi penerus bebas stunting dan berdaya saing," ujar Wahidin.

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum menyatakan BKKBN telah mendorong para remaja untuk menikah di usia ideal 21 tahun bagi perempuan dan 25 tahun bagi laki-laki sehingga dapat memanfaatkan masa muda dengan hal-hal positif.

Upaya itu juga dapat menginspirasi remaja lainnya dengan prestasi, sehingga bonus demografi pada Tahun 2045 optimistis dapat dicapai.

Menurutnya para santri harus memanfaatkan peluang besar dalam penurunan stunting, sebagai bukti nyata keterlibatannya dalam pembangunan bangsa di masa depan.

“Tentunya hal tersebut tidak lepas dari pedoman agama yang senantiasa menjadi pondasi dalam berperilaku di kehidupan sehari-hari, ketekunan serta kemampuan beradaptasi dengan dunia yang dinamis,” kata Ruzhanul Ulum.

Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2022