Bogor, (ANTARA News) - Tiga jenis koleksi primata lembaga konservasi "ex-situ" Taman Safari Indonesia (TSI) Cisarua, Kabupatan Bogor, Jawa Barat (Jabar), melahirkan anaknya awal selama bulan April 2006 ini. Humas TSI, Yulius Suprihardo kepada ANTARA di Cisarua, Puncak, Minggu (16/4) menjelaskan, tiga jenis bayi primata tersebut yaitu seekor bayi Siamang (Hylobates syndactylus), Owa Agillis dan seekor Bekantan (Nasalis larvatus) menjadi penghunibaru di TSI. "Lahirnya tiga primata itu tentu sangat menggembirakan bagi perkembangan konservasi `ex-situ` bagi satwa liar di Indonesia, terlebih bagi `keeper` primata di Taman Safari Cisarua ini," katanya. Lahirnya tiga primata itu, katanya, diawali dengan kelahiran bayi Bekantan pada tanggal 2 April 2006, yang berasal dari induk betina yang bernama Jane dan pejantan bernama Boki. Hanya saja, hingga kini bayi Bekantan yang disimpulkan berjenis kelamin jantan tersebut belum diberi nama. "Dari cara buang air kecilnya, sepertinya bayi Bekantan dari Jane dan Boki berjenis kelamin jantan. Kita belum bisa memastikannya karena bayi Bekantan tersebut masih dalam dekapan induknya," kata Indra, "keeper" Bekantan. Dijelaskannya bahwa Bekantan merupakan jenis primata yang paling sensitif, dan biasanya setelah masa partus atau melahirkan, baik induk maupun anaknya sama-sama belum bisa didekati dan tingkat stresnya tinggi. Menurut dia, bayi Bekantan ini merupakan anak pertama dari Jane, dan merupakan keberhasilan ketiga untuk kelahiran satwa itu di TSI Cisarua. "Berarti saat ini TSI Cisarua memiliki empat bekantan jantan dan lima betina," tambahnya. Yulius Suprihardo menjelaskan, primata lain adalah lahirnya bayi Owa Agilis, yang lahir pada tanggal 7 April 2006 yang memiliki nama Sere, dan lahir dari induk betina bernama Sella dan jantan bernama Remon. Di pulau Kalimantan, Owa Agillis lebih dikenal dengan nama Ungko, dan satwa ini biasa hidup berkelompok dengan satu keluarga. Sedangkan bayi ketiga yang lahir yaitu seekor bayi siamang yang bernama Gading, yang lahir dari induk betina bernama Gatel dan jantan bernama Cuming. Siamang yang banyak terdapat di pulau Sumatera itu memiliki keistimewaan dari jenis primata lain. "Siamang berbeda dengan jenis primata lain, siamang memiliki sifat monogami atau hanya memiliki pasangan yang tetap, dan pejantan siamang juga mau ikut merawat dan menggendong anaknya, dan sifat ini tidak dimiliki oleh jenis primata lain," katanya. Proses kelahiran ketiga jenis primata ini berjalan lancar. Persiapan sudah dilakukan selama sebulan sebelum proses persalinan, dengan memasukkan induk betina ke dalam kandang persalinan dan diawasi secara ketat selama 24 jam. Sehari sebelumnya tanda-tanda kelahiran sudah mulai tampak, seperti kurangnya nafsu makan, gelisah dan aktifitas menurun. Selain itu, dapat dilihat juga secara fisik perubahan pada "mammae" yang membengkak, puting dan vulva yang memerah. Hingga kini ketiga jenis primata tersebut masih berada dalam kandang perawatan dan masih diawasi oleh tim medis TSI Cisarua. "Kebersihan dan kebutuhan pakan sangat diperhatikan oleh `keeper kami`. Diharapkan dengan pengawasan dan perawatan yang intensifketiga penghuni baru ini bisa bertahan hidup dan tidak mudah terserang penyakit," kaya Yulius Suprihardo.(*)

Copyright © ANTARA 2006