kalau asupan makanan kita ini kurang tepat, itu bisa berdampak pada perubahan kepadatan tulang
Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis ortopedi dan traumatologi RSUPN dr. Cipto Mangunkusumo-FKUI dr. Yogi Prabowo, Sp.OT(K), SpEm mengatakan bahwa malas gerak dapat menyebabkan berkurangnya kepadatan tulang sehingga berisiko osteoporosis.

Ia menjelaskan bahwa hal tersebut selaras dengan Hukum Wolff yang menjelaskan bahwa tulang yang sering digunakan atau diberikan beban akan merangsang sel-sel pembentukan tulang sehingga tulang menjadi lebih padat dan kuat.

"Jadi semakin dia tidak digunakan atau tidak diberikan beban, maka pembentukan tulangnya bisa menjadi terhambat atau tidak seimbang," ujar Yogi dalam acara bincang-bincang kesehatan yang digelar virtual diikuti di Jakarta pada Kamis.

Oleh karena itu, ia mengatakan bahwa aktivitas menjadi sangat penting untuk dilakukan guna mencegah osteoporosis. Ia juga menyarankan untuk berolahraga secara rutin setidaknya lima hari dalam sepekan, dengan durasi 30 menit setiap harinya.

"Tapi ya olahraganya disesuaikan dengan umurnya. Kalau misalnya usia sudah di atas 50 tahun kita mesti mengurangi olahraga yang high impact yang bisa menyebabkan benturan atau cedera misalnya futsal atau bela diri yang terlalu berat," kata Yogi.

"Jadi ganti olahraganya dengan yang low impact terhadap tulang kita, misalnya seperti senam, sepeda, jogging juga masih oke," lanjutnya.

Baca juga: Perosi: Pandemi COVID-19 berpengaruh pada peningkatan osteoporosis
Baca juga: Perosi sebut badan bungkuk pada lansia tanda gejala patah tulang

Selain memperbanyak aktivitas fisik, Yogi mengatakan bahwa untuk mencegah osteoporosis juga dapat dilakukan dengan menjalani pola makan yang lebih sehat. Salah satunya, dengan membatasi konsumsi zat-zat yang dapat menghambat pembentukan tulang seperti alkohol, kafein, serta makanan yang tinggi garam.

Ia juga menganjurkan untuk mencukupi kebutuhan kalsium dan protein melalui makanan dan minuman yang bergizi. Kemudian, penting juga untuk mencukupi kebutuhan vitamin D dengan berjemur di bawah sinar matahari pada pukul 7-9 pagi.

"Untuk membentuk tulang ini kita perlu zat-zat misalnya kalsium, protein, dan lain-lain. Sehingga kalau asupan makanan kita ini kurang tepat, itu bisa berdampak pada perubahan kepadatan tulang," jelas Yogi.

"Kalsium ini ibaratnya kalau kita bikin bangunan ya seperti semennya. Jadi kalau semennya kurang pasti dindingnya kurang kuat," ujarnya.

Baca juga: Dokter sebut anak-anak juga bisa alami osteoporosis
Baca juga: Perosi: Osteoporosis lebih banyak terjadi dibanding penyakit lainnya

Sedangkan jika seseorang termasuk dalam kelompok yang memiliki faktor risiko dan sudah masuk dalam kategori osteoporosis, Yogi mengatakan dia harus diberikan obat-obatan yang dapat menekan penyerapan tulang seperti bifosfonat, suplemen kalsium, serta mengonsumsi protein yang cukup.

"Kita juga bisa berikan vitamin D selain dari sinar matahari, bisa juga kita berikan dalam bentuk suplemen," katanya.

"Ada juga obat-obatan hormonal. Misalnya pada wanita, kita bisa berikan preparat hormon estrogen agar terjadi keseimbangan hormon dalam tubuh dan mendukung proses pembentukan tulang oleh osteoblas," pungkasnya.

Baca juga: Osteoporosis juga ciptakan beban sosial

Pewarta: Suci Nurhaliza
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022