kerahasiaan pilihan tetap menjadi perhatian yang utama
Jakarta (ANTARA) - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menjamin kerahasiaan setiap pemilih dalam sistem e-voting yang dikembangkan oleh Universitas Ahmad Dahlan (UAD) bersama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) saat gelaran Muktamar 48 Muhammadiyah Aisyiyah.

Wakil Sekretaris Panitia Pusat Muktamar 48 Iwan Setiawan mengatakan dalam proses pemilihan nanti, para pemilih akan diberikan kartu token yang dicetak secara generik dan diberikan secara acak kepada para pemilih. Dari kartu token tersebut pemilih akan mendapatkan QR Code yang harus digunakan untuk membuka aplikasi pemilihan.

"Sistem ini memungkinkan tidak ada campur tangan antara hak akses token dengan nama pemilih sehingga kerahasiaan terjamin," ujar Iwan dalam Doorstop Afiliasi seri #10 Muhammadiyah yang diikuti dari Jakarta, Kamis.

Untuk memastikan sistem e-voting yang dibangun berjalan lancar panitia akan melakukan tiga kali simulasi. Simulasi pertama sudah dilaksanakan dengan mengundang sekitar 100 orang.

"Simulasi awal kita undang orang sekitar 100 untuk melakukan e-voting dari PDM PDA se-Solo Raya dan alhamdulillah berlangsung dengan cepat," ujarnya.

Baca juga: Aisyiyah ingatkan pentingnya patuhi Prokes saat Muktamar Muhammadiyah
Baca juga: Panpel Muktamar Muhammadiyah jajaki kerja sama wisata dengan pemda

Penggunaan e-voting pada Muktamar 48 ini menjadi yang pertama kali, untuk itu ia meminta seluruh peserta Muktamar untuk dapat turut mewujudkan sukses muktamar.

Sementara itu, Panitia Pemilihan Muktamar 48 Muhammadiyah Aisyiyah Budi Setiawan menyampaikan bahwa hingga 1990 Muktamar Muhammadiyah Aisyiyah menerapkan pemilihan secara manual.

Budi menceritakan pada Muktamar tahun 1990, ia yang juga bertugas selaku Asisten Panitia Pemilihan harus berhadapan dengan adanya selisih penghitungan suara. Hal ini menyebabkan penghitungan suara harus diulang dua kali.

Belajar dari pengalaman tersebut, kemudian pada 1995 saat Muktamar di Aceh, Budi melakukan inisiatif untuk menggunakan sistem penghitungan menggunakan program lotus. Selanjutnya pada Muktamar 2000 di Jakarta, panitia menggunakan penghitungan suara dengan program Excel.

Baca juga: Tiga juta penggembira diperkirakan hadiri Muktamar ke-48 Muhammadiyah
Baca juga: Tiga juta penggembira diperkirakan hadiri Muktamar ke-48 Muhammadiyah

Kemudian pada tahun 2005 di Malang dengan dibantu tim IT kerja dari panitia pemilihan semakin dipermudah dengan dibuatnya sistem penghitungan suara.

"Kalau dulu Muktamar sejak 2005 kita melakukan e-counting, pemilihannya manual tetapi penghitungannya melalui sistem teknologi," kata Budi.

Kemajuan teknologi saat ini, kata Budi, telah membawa Muktamar ke-48 Muhammadiyah Aisyiyah menggunakan e-voting. Sistem e-voting menjadikan proses pemilihan dan penghitungan suara menjadi lebih ringkas dan cepat dengan penerapan teknologi.

"Dengan menggunakan sistem e-voting ini Budi meyakinkan bahwa kerahasiaan pilihan tetap menjadi perhatian yang utama," kata dia.

Baca juga: Muhammadiyah undang Presiden Jokowi buka Muktamar ke-48

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2022