Jakarta (ANTARA) - Kemenag menggelar simposium pemikiran santri yang mempertemukan praktisi, pemerhati, hingga peneliti untuk membahas pemikiran dan gagasan baru dalam khazanah keislaman yang tumbuh di Pesantren.

"Kegiatan ini menjadi ajang konsensus pemikiran para praktisi, peneliti dan pemerhati pesantren di Indonesia, meliputi santri, alumnus pesantren, dan penggiat literasi Islam," ujar Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Waryono Abdul Ghafur di Jakarta, Jumat.

Waryono mengatakan simposium bertajuk Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan ini digelar selama tiga hari, mulai dari Jumat hari ini hingga Ahad di Jakarta, sebagai rangkaian peringatan Hari Santri 2022.

Menurutnya, setiap tahun studi Islam di pesantren menemukan pemikiran dan gagasan baru dalam khazanah keislaman. Pemikiran dan gagasan baru inilah yang ditampilkan dalam forum.

Baca juga: Wagub Jateng serukan cinta negara bagian dari iman sambut HSN

Baca juga: Wapres sebut santri berperan isi kemerdekaan dan pembangunan


Materi-materi dihimpun panitia melalui mekanisme call paper yang sudah harus dikirim sebelumnya oleh para pemakalah lalu dilakukan seleksi.

"Materi terbaik yang lulus seleksi itulah yang akan dipresentasikan dan didiskusikan di hadapan audiens," kata dia.

Menurut Waryono, kegiatan simposium ini terbagi dalam empat agenda utama, yaitu special panels, paralel session, bedah buku, dan bedah tokoh.

Pada paralel session, terdapat tujuh tema penting yang akan dikupas oleh pemakalah terpilih, yakni Sui Generis dalam tradisi pendidikan pesantren, pesantren dan ketahanan nasional, strategi dan kontribusi pesantren dalam penguatan moderasi beragama.

Kemudian, pesantren ramah anak dan disabilitas, pesantren dan lingkungan hidup, kemandirian ekonomi pesantren, serta pesantren dan tentang fikih minoritas.

Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Islam Kemenag M. Ali Ramdhani berharap simposium ini dapat melahirkan ide-ide baru terkait Islam kekinian di era digital.

"Ini dapat dijadikan momentum kebangkitan pemikiran pesantren, yang selama ini telah berjuang mempertahankan khazanah keislaman dalam tradisi yang kuat," katanya.

Guru besar UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini mengatakan bangsa Indonesia memerlukan kontribusi positif dari pesantren yang telah melahirkan generasi bangsa yang berkontribusi signifikan mengiringi pembangunan Indonesia.

"Pertemuan ini dapat menjadi perjamuan ilmiah bagi para praktisi keislaman agar lebih siap menyambut era teknologi digital," kata Dhani.*

Baca juga: Mahfud: Kewajiban seluruh santri mempertahankan ideologi negara

Baca juga: Mahfud tegaskan tak ada islamofobia di Indonesia

Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022