Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara G20 Indonesia Siti Nadia Tarmizi mengemukakan agenda 2nd Health Ministers Meeting (2nd HMM) akan memfinalisasi seluruh kesepakatan terkait gagasan arsitektur kesehatan global.

"Agenda 2nd HMM menjadi pertemuan final dari seluruh rangkaian pertemuan, mulai dari Health Working Group (HWG) 1 hingga 3, termasuk tiga side event sebelumnya," kata Siti Nadia Tarmizi dalam konferensi pers dalam jaringan Road To 2nd HMM yang diikuti dari Zoom di Jakarta, Jumat.

Nadia mengatakan pertemuan kedua para menteri kesehatan negara G20 itu berlangsung di Bali pada 27--28 Oktober 2022.

Agenda tersebut juga mengundang negara lain di luar Forum G20, seperti Singapura, Uni Emirate Arab, Swiss, dan Belanda. Selain itu juga dilibatkan perwakilan negara yang dipimpin badan regional lainnya, termasuk ASEAN Pacific Island Forum, African Union, dan Carribbean Community.

Baca juga: Wamen BUMN: Pembangunan ekosistem kesehatan krusial bagi Indonesia

Baca juga: Dinkes Bali siapkan ruang kesehatan VIP di lokasi G20


Selain itu, juga diundang organisasi internasional seperti World Health Organization (WHO), Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI), World Bank, Global Alliances for Vaccines and Immunization (GAVI), Global Fund dan lainnya untuk memberikan masukan atas hasil rangkaian diskusi pertemuan G20 di bidang kesehatan.

Seluruh masukan yang diberikan para delegasi, kata Nadia, akan menjadi kesepakatan bersama dalam mewujudkan arsitektur kesehatan global, untuk selanjutnya menjadi komitmen bersama seluruh kepala negara G20 dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-17 di Bali akhir November 2022.

"Kami berharap ada pengesahan dokumen kesepakatan sebagai aksi nyata seluruh Menteri Kesehatan G20 dalam mewujudkan arsitektur kesehatan global," ujarnya.

Dokumen itu di antaranya, penguatan dukungan terhadap terbentuknya mekanisme Financial Intermediary Fund (FIF) untuk memobilisasi sektor kesehatan dalam rangka kesiapan pencegahan dan respons pandemi berikutnya.

"Komitmen FIF sampai saat ini terkumpul 4 miliar Dolar AS dari berbagai negara G20 dan unit organisasi internasional. Nanti akan terus digalang supaya bisa semakin banyak alokasi anggaran yang tersedia untuk FIF," ujarnya.

Selain itu, 2nd HMM juga membahas survailens genomik yang sangat berperan besar selama pandemi dalam melacak mutasi virus COVID-19.

"Perlu kesepakatan bersama, sehingga berbagi data genomik dengan platform untuk patogen yang berpotensi memicu pandemi ke depan, bukan hanya virus COVID-19, tapi patogen lainnya melalui mekanisme trusted antarnegara G20," katanya.

Hal penting lainnya yang juga dibahas berkaitan kesepakatan harmonisasi protokol kesehatan global yang memungkinkan para pelaku perjalanan dapat terus bergerak jika pandemi kembali terjadi di masa depan, kata Nadia menambahkan.

"Yang penting juga adalah penguatan platform bersama yang bisa menghubungkan berbagai sistem digital seperti sertifikasi berbagai dokumen kesehatan para pelaku perjalanan, termasuk vaksin, pemeriksaan laboratorium. Sehingga pergerakan orang dan perekonomian global tetap berjalan jika pandemi terjadi," katanya.

Nadia yang juga menjabat Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI mengatakan 2nd HMM juga akan memfinalisasi perluasan manufaktur farmasi dan kerja sama penelitian vaksin demi pemerataan akses kepada negara-negara berekonomi lemah.

"Akses Vaksin dan alat diagnostik untuk negara ekonomi rendah perlu diciptakan pemerataan. Serta kemandirian bagi negara berpenghasilan menengah seperti Indonesia agar ikut memperkuat pertahanan kesehatan di level global," ujarnya.*

Baca juga: Indonesia bangun mekanisme formal akses layanan kesehatan global

Baca juga: Pemerintah terapkan protokol kesehatan untuk cegah COVID-19 di KTT G20

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2022