Tim kami memberikan stabilisasi emosi dengan tujuan agar mereka tetap bisa beraktivitas dan melakukan rutinitas latihan
Malang, Jawa Timur (ANTARA) - Para pemain Arema FC mendapatkan pendampingan untuk memulihkan kondisi psikologis pascatragedi yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10) yang menyebabkan 134 orang meninggal dunia.

Salah satu psikolog yang memberikan pendampingan kepada tim Arema FC Dian Wisnuwardhani di Kota Malang, Jawa Timur, Jumat mengatakan bahwa pendampingan itu menjadi hal penting bagi pemain untuk beradaptasi dalam memulai proses latihan serta aktivitas sehari-hari.

"Tim kami memberikan stabilisasi emosi dengan tujuan agar mereka tetap bisa beraktivitas dan melakukan rutinitas latihan," kata Dian.

Pendampingan kepada tim Arema FC dilakukan secara berkelompok maupun personal kepada masing-masing pemain. Pendekatan secara individual dirasa menjadi hal yang sangat penting, karena dampak psikologis yang dirasakan masing-masing pemain berbeda-beda.

Baca juga: Komite Disiplin PSSI jatuhkan sanksi untuk Arema FC

Ia menambahkan, pendampingan tersebut akan dilakukan setidaknya dalam kurun waktu dua minggu sesuai dengan kebutuhan pemain untuk memulihkan kondisi mereka. Pendampingan tidak hanya dilakukan melalui konseling di ruangan, tetapi juga saat menjalani latihan.

"Pendampingan psikologis dilakukan secara individual dan kelompok. Ini dilakukan selama dua minggu dan akan berlanjut sesuai dengan kebutuhan atlet saat ini," katanya.

Dalam sesi latihan yang sudah mulai dilakukan oleh Arema FC pada Jumat (21/10), pendampingan dari psikolog juga dilakukan. Dalam masa pemulihan kondisi psikologis tersebut, sesi latihan skuad Singo Edan dilakukan secara tertutup.

Baca juga: Ikrar perdamaian dan mitigasi bencana pasca-tragedi Kanjuruhan

Pada Sabtu (1/10), terjadi kericuhan usai pertandingan antara Arema FC melawan Persebaya Surabaya dengan skor akhir 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang. Kekalahan itu menyebabkan sejumlah suporter turun dan masuk ke dalam area lapangan.

Kerusuhan tersebut semakin membesar dimana sejumlah flare dilemparkan termasuk benda-benda lainnya. Petugas keamanan gabungan dari kepolisian dan TNI berusaha menghalau para suporter tersebut dan pada akhirnya menggunakan gas air mata.

Akibat kejadian itu, sebanyak 134 orang dilaporkan meninggal dunia akibat patah tulang, trauma di kepala dan leher dan asfiksia atau kadar oksigen dalam tubuh berkurang. Selain itu, dilaporkan juga ada ratusan orang yang mengalami luka ringan termasuk luka berat.

Baca juga: Komnas HAM minta keterangan manajemen Arema FC soal tragedi Kanjuruhan
Baca juga: Identitas Arema di balik Tragedi Kanjuruhan


Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Junaydi Suswanto
Copyright © ANTARA 2022